CONTOH STUDY KASUS
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN STUDI KASUS
KESULITAN BELAJAR BIDANG STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
DI SMK TELEKOMUNIKASI DARUL ULUM REJOSO
OLEH:
082099
EKONOMI
Telah
disetujui oleh,
KepalaSekolah
(Ir. H, Nawawi)
|
Guru BimbinganKonseling
(Siti Masrikhah,S.Pd)
|
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita Rahmat Nikmat Taufik serta
Hidayah-Nya. Sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda Rosululloh
Muhammad SAW. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikanya laporan ini sehingga praktikan dapat menyelesaikan
penyusunan laporan individu yang merupakan salah satu program pengalaman
lapangan (PPL) yang diselenggarakan di SMK TELEKOMUNIKASI DU REJOSO PETERONGAN
JOMBANG.
Program Pengalaman Lapangan
merupakan suatu kegiatan yang diharuskan bagi semua mahasiswa sebagai wujud
aplikasi ilmu-ilmu pendidikan dan media latihan guna memperluas wahana dunia
pendidikan yang ada di lingkungan sekolah, baik administrasi, perangkat
mengajar dan bimbingan-layanan konseling. Kegiatan tersebut mencakup baik
latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara
terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi
kependidikan.
Laporan ini kami susun berdasarkan observasi dan
pengalaman lapangan langsung selama kurang lebih 2 bulan 1 minggu, praktikan
terjun langsung dalam kegiatan belajar mengajar
yang diselenggarakan di SMAN 1 KERTOSONO dan ini merupakan pengalaman
tersendiri bagi praktikan mengenai dunia pendidikan.
Penulis menyadari tanpa adanya kerja sama antara
mahasiswa praktikan, Guru pamong, Bapak/ Ibu Guru, Serta Siswa Siswi SMK TELKOM
DU, maka penyusunan studi kasus ini tdak akan berjalan dengan baik. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis dengan hormat menyampaikan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
- Dra. Diah Puji Nalibrata,M.Si kepala UPPL STKIP PGRI JOMBANG.
- Bu Eva S.Pd selaku dosen pembimbing lapangan STKIP PGRI JOMBANG.
- Ir. H.Nawawi selaku kepala sekolah SMK TELEKOMUNIKASI DU.
- Mu’in Hasanudin M.hum selaku Guru Pamong IPS SMK TELEKOMUNIKASI DU.
- Seluruh dewan GURU dan staf TU serta KARYAWAN SMK TELEKOMUNIKASI.
- Seluruh Siswa / Siswi SMK TELEKOMUNIKASI, Khususnya kelas XI MM2, XI TKJ2, dan XI RPL
- Teman-teman praktikan di SMK TELEKOMUNIKASI DU
Kegiatan ini merupakan bagian dari proses belajar
dimana kekurangan adalah awal dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah ,maka dari itu praktikan - praktikan mengharap saran dan kritik
dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan menjadi suatu sumbangsih bagi perkembangan pendidika di Indonesia .
amiiin
Jombang, 29 September 2011
Praktikan
R. Wakhid Hamzah K.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan kehidupan yang cerdas, sebab kualitas kehidupan bangsa ditentukan
oleh faktor pendidikan. Dan menciptakan manusia yang berkualitas, bukanlah
tugas yang ringan mengingat siswa sebagai salah satu sumber daya manusia serta sebagai
aset nasional yang memiliki potensi yang besar dalam menentukan
kehidupan suatu bangsa.
Di samping itu, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
membawa dampak dalam segala bidang, khususnya dunia pendidikan. Dalam bidang
pendidikan bimbingan berkembang dengan pesat, yang pada akhirnya mendapat
tempat dan peranan yang penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Isi dan praktik pendidikan di
Indonesia diturunkan dari aspirasi dan cita-cita bangsa Indonesia yang tersimpulkan
di dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, serta didasarkan
pada berbagai aturan pokok dan aturan pelaksanaan sebagaimana termuat di dalam
batang tubuh UUD 1945, UU Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan pedoman
teknis penyelenggaraannya. Kegiatan bimbingan dan konseling sebagai
bagian integral dari upaya pendidikan, mengacu kepada aspirasi dan cita-cita
bangsa serta berbagai aturan dan pedoman tersebut. Bimbingan dan konseling ikut
serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan kepada peserta
didik bagi pengembangan pribadi dan potensi mereka seoptimal mungkin (Prayitno,
1999:1).
Di sekolah, kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan
oleh pejabat fungsional yang secara resmi dinamakan Guru Pembimbing (atau
Guru Kelas di sekolah dasar). Dengan demikian, kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat
profesional atau keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi (Prayitno,
1999:1). Salah satunya adalah SMK TELEKOMUNIKASI DARUL ULUM yang mempunyai
peranan sangat penting dalam mengantarkan siswa ke arah kehidupan yang lebih
baik, kreatif, inovatif, dan sesuai dengan yang dicita-citakan.
Sebagai seorang pengajar, guru
harus bisa berperan sebagai orang tua dan teman bagi siswa, harus mengenal
kepribadian siswa, menyadari kekurangan dan kelebihan siswa, serta menyadari
bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dan perlu mendapatkan
perhatian lebih. Guru dituntut untuk dapat memahami karakteristik siswanya,
terutama siswa yang mengalami kesulitan belajar. Untuk dapat memahami serta
mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa, maka perlu adanya suatu
kegiatan studi kasus yang merupakan salah satu upaya untuk mempelajari siswa
dengan metode pengumpulan data yang menyeluruh dan mendalam.
Studi kasus ini dilakukan karena
adanya siswa atau klien yang mempunyai kesulitan, khususnya kesulitan dalam
belajar dan pergaulan dengan lingkungannya, serta masalah pribadi yang berimbas
pada sulitnya memotivasi diri untuk belajar dan memahami materi yang diajarkan
oleh guru serta membutuhkan perhatian khusus, khususnya dalam permasalahan
kesulitan belajar mata pelajaran bahasa Arab.
Berdasarkan latar belakang di
atas, praktikan mencoba untuk membantu siswa klien dalam menyelesaikan
masalahnya dan berusaha untuk memotivasi siswa, yang akan dipaparkan dalam
Laporan Layanan Bimbingan Siswa yang berjudul “Layanan
Bimbingan Siswa Ditinjau Dari Tingkat Kesulitan Siswa Dalam Belajar Yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar.”
B.
Tujuan
Studi Kasus dan Layanan Bimbingan Siswa
Bimbingan dinyatakan sebagai
bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut (Gunawan,
1987:41):
1.
Mengerti
dirinya dan lingkungannya, yang meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus,
minat, cita-cita, dan nilai-nilai hidup yang dimilikinya untuk perkembangan
dirinya.
2.
Mampu
memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam
bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadi. Termasuk di dalamnya membantu
individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya.
3.
Mengembangkan
kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.
4.
Memecahkan
masalah yang dihadapi secara bijaksana, termasuk memberikan bantuan
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber
timbulnya masalah.
5.
Mengelolah
aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan
serta mempertanggungjawabkannya.
6.
Memahami
dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan.
Kegiatan
layanan bimbingan siswa bertujuan untuk mengenal latar belakang pribadi siswa
yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang studi,
serta memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar, faktor-faktor
penyebabnya dan penetapan kemungkinan pemecahannya, baik cara pencegahan maupun
penyembuhannya.
C.
Sasaran Studi kasus
Sasaran studi
kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga
memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi
suatu studi kasus adalah peserta didik yang menjadi suatu problem (problem case);
jadi seorang peserta didik membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan
lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak mengalami gangguan
mental.
D.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat studi kasus ini adalah di SMK
TELEKOMUNIKASI DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN, JOMBANG. Dan waktu pelaksanaan
studi kasus ini dilakukan di awal pelaksanaan program pengalaman lapangan pada
tanggal 10 Juli 2011 hingga akhir sampai tanggal 1 september 2011.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dibahas tentang : (1) motivasi belajar, (2) studi
kasus, (3) penanganan, (4) strategi belajar mengajar dan penilaian, dan (5)
bimbingan dan konseling.
A.
Motivasi
Belajar
Motivasi
berasal dari kata Inggris Motivation yang
berarti dorongan, pengalasan, dan motivasi. Jadi, motivasi adalah suatu kondisi
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang dianggapnya penting dan
merupakan suatu kebutuhan.
Motivasi dibagi menjadi dua,
yaitu :
1.
Motiv Insting adalah dorongan yang timbul dari
diri sendiri, misalnya belajar, ingin menambah ilmu pengetahuan atau ingin
berhasil.
2.
Motiv Instrik adalah dorongan yang timbul dari
luar dirinya, misalnya ingin mendapatkan pujian.
Motivasi merupakan
penggerak dan pendorong seseorang untuk melakuka kegiatan belajar. Karena itu hendaknya
diberikan secara kontinyu baik di awal maupun ketika sedang berlangsungnya
proses belajar mengajar.
Menurut Dimyati dan Madjiono (2002),
Belajar
merupakan suatu tindakan dan perilaku siswa atau individu yang kompleks dengan
arti bahwa siswa mengalami perubahan mental dan perilaku dari negatif ke
positif.
Belajar juga
merupakan kegiatan yang kompleks, karena dengan belajar akan diperoleh suatu
hasil belajar yang berupa kapabilitas, yaitu setelah belajar orang akan
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Madjiono
2002:10-11).
Sedangkan menurut Skinner,
Belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya akan menjadi
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar, maka responnya menurun.
Susanto (2000:28) mengatakan
bahwa motivasi belajar dapat ditandai dengan 6 (enam) macam tingkah laku
atau dimensi, sebagai berikut.
1.
Perhatian, motivasi belajar siswa
tinggi jika mereka memusatkan perhatian pada kegiatan belajar lebih besar
daripada tingkah laku yang bukan kegiatan belajar.
2.
Waktu belajar, siswa mempunyai
motivasi belajar tinggi jika siswa menghabiskan waktu yang cukup untuk kegiatan
belajar.
3.
Usaha, siswa mempunyai motivasi
belajar tinggi jika mereka belajar secara intensif, mengeluarkan banyak energi
dan kemampuan untuk menyelesaikannya.
4.
Irama perasaan, siswa mempunyai
motivasi belajar tinggi jika siswa merasa gembira, mempunyai keyakinan diri dan
tegar pada situasi yang ada.
5.
Eksistensi, motivasi belajar dapat
ditandai dengan melakukan kegiatan belajar pada jam-jam bebas belajar atau
istirahat.
6.
Penampilan, motivasi belajar dapat
ditunjukkan dengan diselesaikannya tugas belajar.
Secara konseptual, motivasi
berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan belajar. Siswa yang tinggi
motivasi belajarnya, umumnya baik prestasi belajarnya. Sebaliknya, siswa yang rendah
motivasinya, rendah pula prestasi belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas,
praktikan dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau
kekuatan yang membantu seseorang untuk belajar menuju suatu proses perubahan
yang kompleks, yang terjadi di dalam diri individu dengan adanya perubahan
mental dan perilaku dari negatif menjadi positif atau menjadi lebih baik, serta
pebelajar akan memiliki suatu keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang
unggul sesuai dengan tujuan belajar dan tujuan pendidikan.
B.
Studi
Kasus
1.
Studi kasus merupakan pendekatan untuk meneliti
gejala sosial dengan menganalisa suatu kasus secara mendalam dan utuh. Lebih
spesifik Djumhur (1975:64) mengemukakan bahwa
Studi
kasus adalah teknik mempelajari siswa secara mendalam untuk membantu memecahkan
masalah yang dihadapinya.
2.
Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Pengalaman
Lapangan (PPL) Keguruan Universitas Negeri Malang (2007:35)
Praktik
layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal,
memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya
kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis,
memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah.
3. Bog dan dan Biklen (Ainin, 2006:68),
Studi kasus (case study) merupakan suatu
rancangan penelitian yang memfokuskan pada satuan unit, seorang anak, suatu
kelompok kecil, suatu sekolah atau kelas, suatu komunitas tertentu, dan suatu
peristiwa.
Dari uraian di atas, praktikan dapat menyimpulkan bahwa studi kasus
merupakan suatu teknik/cara untuk mempelajari siswa secara mendalam untuk dapat
memahami, mengenal, dan membantu mereka dalam memecahkan masalah yang sedang
mereka hadapi dengan cara mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis,
dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah.
C.
Mengatasi
Kesulitan Belajar dan Perhatian
Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu siswa
dalam memusatkan perhatian dan mengatasi kesulitan belajar. Beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk membantu siswa dalam belajar, yaitu mengawali belajar
dengan berdoa, memberi stimulus kepada siswa tentang materi yang akan
diajarkan, melakukan tanya jawab, mengusahakan agar perhatian, pikiran,
perasaan, dan minat mereka tetap fokus terhadap materi yang dipelajari dengan
menggunakan media pembelajaran, mengajak mereka untuk melihat dan menemukan
hal-hal baru dalam kehidupan mereka sehari-hari sesuai dengan materi yang
sedang dipelajari, serta membantu menyelesaikan problem dan kesulitan-kesulitan
yang sedang dihadapi siswa baik sebelum maupun sesudah proses belajar mengajar.
Selain itu, dapat pula dengan membuat ringkasan dari materi yang telah
diajarkan seperti: membuat skema/bagan yang menarik dan jelas, menggunakan
huruf besar dan huruf tebal, atau dengan mewarnai dan menggarisbawahi
bagian-bagian yang penting.
D.
Strategi
Belajar Mengajar dan Penilaian
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar karena guru merupakan fasilitator dalam menyampaikan suatu ilmu
pengetahuan dan juga dalam mendidik siswanya. Begitu pula dengan siswa yang
merupakan pelaku/objek yang melakukan kegiatan belajar dan menerima suatu ilmu
untuk membentuk selfconcept bagi dirinya sendiri.
Mengajar adalah usaha untuk menciptakan suatu sistem lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Dan untuk menciptakan
suatu lingkungan belajar yang terarah, menyenangkan, serta bermakna, maka harus
ada komponen-komponen yang mendukung proses belajar mengajar tersebut, antara lain:
tujuan pengajaran, guru, peserta didik, materi pembelajaran, metode pengajaran,
media pembelajaran, administrasi, serta finansial.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran akan dapat
tercapai dan berhasil apabila kualitas pengajarannya tinggi dan sesuai dengan
konteks kehidupan yang dialami oleh siswanya.
Di dalam proses belajar mengajar, guru juga melakukan proses evaluasi
atau penilaian untuk mengumpulkan informasi tentang kompetensi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh, kontinu, objektif, dan membimbing,
yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa untuk
memperbaiki kekurangan serta mempertahankan dan mengembangkan aspek-aspek yang
sudah baik. Menilai dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengambilan
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk.
E.
Bimbingan
dan Konseling
1.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling
a.
PP
No. 28 dan No. 29 Tahun 1990 dan PP No. 72 Tahun 1991 pada dasarnya
mengemukakan bahwa
Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan (Prayitno, 1999:66).
b.
Partowisastro
(1992:12) menyatakan bahwa
Bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki,
mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung
pada orang lain.
c.
Donald
G. Mortenson dan Alan M. Schmuller dalam bukunya yang berjudul “Guidance in
Today’s School” (Sukardi, 1984:12) mengartikan
Konseling sebagai suatu proses
hubungan seorang dengan seorang, dimana yang seorang dibantu oleh orang lainnya
untuk meningkatkan pengertian dan kemampuannya dalam menghadapi masalahnya.
d.
Herbert
M. Murks, Jr. & Bufford Stefflre (Sukardi, 1984:13), merumuskan
Konseling sebagai suatu proses
yang learning-oriented atau suatu proses yang berorientasikan belajar, yang
dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, antara seorang dengan seorang,
dimana seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang
keterampilan dan pengetahuan psikologis. Konselor berusaha membantu klien
dengan metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam
hubungannya dengan keseluruhan program, agar supaya individu dapat mempelajari
lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahaman
tentang dirinya untuk memperoleh tujuan-tujuan hidup yang lebih realistis,
sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan lebih
produktif.
e.
Pepinsky
and Pepinsky,1954 dalam bukunya yang berjudul “Counselling Theory and
Practise” (Sukardi, 1984:14), mengemukakan bahwa
Konseling adalah suatu proses
interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu yang disebut konselor dan
klien, (b) terjadi dalam situasi yang bersifat pribadi (profesional), (c)
diciptakan dan dibina sebagai suatu cara untuk memudahkan terjadinya
perubahan-perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang
memuaskan kebutuhannya.
f.
Dalam
SK Mendikbud No. 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya menyatakan bahwa
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu
mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 1999:10).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa layanan bimbingan siswa adalah suatu proses pemberian
bantuan secara terus-menerus dan sistematis dari seorang pembimbing (konselor)
kepada yang dibimbing (klien) baik secara perorangan maupun kelompok untuk
mencapai kemandirian dan perkembangan yang optimal dalam bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku,
serta membantu dalam pengambilan
keputusan terhadap masalah yang mereka hadapi.
2.
Fungsi
Layanan Bimbingan Siswa
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi
yang hendak dipenuhi melalui palaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
Fungsi-fungsi tersebut antara lain (Prayitno, 1999:68).
1.
Fungsi
pemahaman, yaitu
fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu
oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
2.
Fungsi
pencegahan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau
terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang
akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan
kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
3.
Fungsi
pengentasan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau
teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
4.
Fungsi
pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi positif peserta didik dalam
rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Sedangkan menurut kurikulum 1975 (Gunawan, 1987:45), fungsi
bimbingan dapat dibedakan menjadi:
1.
Fungsi
penyaluran,
yang membantu siswa untuk memilih jurusan, lanjutan sekolah, atau memilih
kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya.
2.
Fungsi
adaptasi, yang
memberikan bantuan kepada staf sekolah untuk mengadaptasikan pengajaran dengan
kemampuan, minat, dan kebutuhan para siswa.
3.
Fungsi
penyesuaian,
yang memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan
memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.
3.
Prinsip-prinsip
Bimbingan dan Konseling
Dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan di sekolah, terdapat
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Di bawah ini beberapa prinsip
bimbingan yang telah disetujui oleh banyak ahli bimbingan, antara lain:
1.
Bimbingan
memberi perhatian utama dan sistematis terhadap perkembangan pribadi setiap
individu.
2.
Cara
utama bimbingan dilaksanakan tergantung pada proses perilaku individu. Hal ini
disebabkan perhatian bimbingan terhadap perkembangan pribadi.
3.
Bimbingan
berorientasi pada kerja sama antara konselor dan konseli tanpa adanya paksaan.
Siswa tak dapat dipaksa untuk diserahkan kepada petugas bimbingan.
4.
Setiap
manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya. Menacker menyarankan
agar konselor percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk
mengaktualisasikan dirinya sendiri.
5.
Bimbingan
didasarkan pada pengakuan terhadap martabat dan nilai individu sebagai manusia,
sama seperti hak individu itu untuk menentukan pilihannya sendiri.
6.
Bimbingan
adalah proses pendidikan yang kontinyu. Bimbingan seharusnya dimulai dari
sekolah dasar sampai dengan selesai sekolah atau sepanjang hidup manusia
(Gunawan, 1987:51).
4.
Asas-asas
Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip
bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan sebagai
berikut.
1.
Asas
kerahasiaan, yaitu
asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu
data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.
2.
Asas
kesukarelaan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang
diperuntukkan baginya.
3.
Asas
keterbukaan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien)
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak pura-pura,
baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya.
4.
Asas
kegiatan, yaitu
asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
layanan/kegiatan bimbingan.
5.
Asas
kemandirian,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan
konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri
mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.
6.
Asas
kekinian, yaitu
asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran layanan
bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam
kondisinya sekarang.
7.
Asas
kedinamisan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.
Asas
keterpaduan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadukan.
9.
Asas
kenormatifan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hokum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
10.
Asas
keahlian, yaitu
asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
11.
Asas
alih tangan,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas
suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalih-tangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli.
12.
Asas
tut wuri handayani,
yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan
dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan
dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien)
untuk maju (Prayitno, 1999:71-75).
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
A.
Identitas Anak
1.
Identitas Siswa
a.
Nama siswa :
b.
Kelas :
c.
Jenis kelamin :
d.
Tempat/tanggal lahir :
e.
Alamat asal :
Ponorogo- Mojokerto
f.
Alamat sekarang :
g.
Suku bangsa :
Indonesia
h.
Agama :
Islam
i.
Kedudukan anak :
anak ke 2 dari 3 saudara
j.
Status anak :
2.
Ayah dari siswa yang bersangkutan
a.
Nama lengkap :
b.
Tempat/tanggal lahir :
c.
Alamat asal :
Mojokerto
d.
Suku bangsa :
Indonesia
e.
Agama :
Islam
f.
Pendidikan terakhir : SLTP/ Sederajat
g.
Pekerjaan :
Karyawan/ Swasta
3.
Ibu dari siswa yang bersangkutan
a.
Nama lengkap :
b.
Tempat/tanggal lahir :
c.
Alamat asal :
Ponorogo
d.
Suku bangsa :
Indonesia
e.
Agama :
Islam
f.
Pendidikan terakhir : SLTP/ Sederajat
g.
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
4.
Wali dari siswa yang bersangkutan
a.
Nama lengkap :
b.
Tempat/tanggal lahir :
c.
Alamat asal :
d.
Suku bangsa :
Indonesia
e.
Agama :
Islam
f.
Pendidikan terakhir : SLTP/ Sederajat
g.
Pekerjaan :
Karyawan/ Swasta
5.
Pendidikan
saudara siswa
No
|
Sekolah
|
Tahun Lulus
|
Tempat Sekolah
|
Keterangan
|
1.
|
SMK Telkom
|
Jombang
|
||
2.
|
Belum Sekolah
|
|||
3.
|
6.
Pendidikan
siswa
a.
Asal
sekolah sebelum memasuki sekolah ini: MTsN Jetis Ponorogo
b.
Riwayat
sekolah Anda mulai dari TK:
No
|
Sekolah
|
Tahun Lulus
|
Tempat Sekolah
|
Keterangan
|
1.
|
Tk Dharma Wanita
|
Ponorogo
|
||
2.
|
SDN Bajang
|
Ponorogo
|
||
3.
|
MTsN Jetis
|
Ponorogo
|
||
4
|
SMK TELKOM DU
|
Jombang
|
B.
Riwayat Anak
1.
Pendidikan
siswa
a.
Asal
sekolah sebelum memasuki sekolah ini:
MTsN Jetis Ponorogo
b.
Riwayat
sekolah Anda mulai dari TK:
No
|
Sekolah
|
Tahun Lulus
|
Tempat Sekolah
|
Keterangan
|
1.
|
Tk Dharma Wanita
|
Ponorogo
|
||
2.
|
SDN Bajang
|
Ponorogo
|
||
3.
|
MTsN Jetis
|
Ponorogo
|
||
4
|
SMK TELKOM DU
|
Jombang
|
2.
Tidak
Pernah tidak naik kelas
3.
Tidak
Pernah tidak lulus ujian:
4.
Sebelum
masuk SMK, Siswa tidak mengetahui tentang SMK TELKOM DU REJOSO
5.
Siswa
Masuk Sekolah SMK TELKOM dikarenakan adanya dorongan dari orang tua sehingga
siswa terpaksa menuruti.
6.
Dan
siswa Mengambil Program Multimedia Dikarenakan dorongan dari orang tua sehingga
secara langsung memaksakan kehendak siswa untuk tetap harus mengikuti orang
tua.
7.
Siswa
berencana setelah lulus untuk melanjutkan keperguruan tinggi Poltek Malang
8.
Siswa
menyukai pekerjaan menulis, karena dengan menulis, siswa bisa mencurahkan semua
yang siswa alami. Dan siswa mencita-citakan ingin menjadi Dirut dalam suatu
perusahaan.
9.
Siswa
mencita-citakan untuk menjadi atlet bola volly
10.
Kegiatan
Ekstrakulikuler yang di sukai siswa adalah volly
11.
Menurut
siswa, kesulitan yang akan timbul dalam menggapai cita-cita adalah adanya
pertentangan keinginan dan harapan orang tua.
C.
FASILITAS DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA / KLIEN
12.
Siswa
Memiliki Tempat belajar sendiri, akan tetapi keadaan tempat belajar pun dirasa
kurang oleh siswa dikarenakan fasilitas dan tempat yang kurang strategis.
13.
Kebiasaan
siswa belajar ketika menjelang ada ulangan saja.
14.
Ketika
belajar siswa dibantu oleh kakak kelas dan teman-teman asramanya
15.
Siswa
hanya menyempatkan waktu belajar hanya kurang dari 1 jam saja
16.
Siswa
mengikuti kegiatan yang ada di asrama pada waktu diluar jam sekolah.
17.
Hobi
yang diminati siswa adalah bermain voly atau olahraga yang menyenangkan
18.
Pelajaran
keterampilan siswa yang dipilih adalah A3D dan A2D
19.
Siswa
saat ini sedang tinggal di asrama DU (pondok pesantren) dan sedang mendalami
agamanya.
20.
Perabot
yang ada Diasrama: Meja, Almari Pakaian, dll
21.
Bangunan
tempat tinggal siswa di asrama dari tembok
22.
Penerangan
di asrama siswa cukup
23.
Jarak
dari asrama ke sekolah sekitar 0.5 km
24.
Transportasi
ke sekolah dengan jalan kaki
25.
Sarana
belajar yang Anda miliki: Alat tulis, Meja
belajar, Buku paket, Buku perlengkapan lainnya.
26.
Siswa
mempunyai teman asramanya belajar di Asramanya
D.
DATA LINGKUNGAN SOSIAL
1.
Dorongan Orang Tua Untuk Belajar :
Tidak/dikarenakan siswa jauh dari orang tua (Mondok)
2.
Suasana DiAsrama : Mendukung
3.
Sikap Terhadap guru : Menghormati dan kadang
acuh terhadap pelajaran yang disampaikan
4.
Sikap Terhadap pelajaran : kadang-kadang acuh
seperti tidak ada motivasi sama sekali
5.
Sikap Terhadap Teman : Baik/ penghibur teman
yang sedih
6.
Bersikap Pemalu : Kadang
7.
Bersikap Pendiam : Kadang
8.
Cara Belajar : Menyendiri
BAB IV
PELAKSANAAN
BIMBINGAN KONSELING
Layanan bimbingan siswa ini
merupakan upaya untuk mengenal, memahami, menetapkan, dan membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Pemberian bantuan terhadap siswa ini dapat berupa
layanan konseling, bimbingan atau pengarahan yang diberikan kepada klien demi
kebaikan siswa di masa yang akan datang. Dalam kegiatan layanan bimbingan siswa
ini, praktikan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) identifikasi
masalah, (2) analisa data, (3) sintesa, (4) diagnosa, (5) prognosa, (6) treatment
(pemberian bantuan), dan (7) follow up (tindak lanjut)
Mengidentifikasi kasus bertujuan
untuk menentukan siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dan
memerlukan bantuan/penanganan untuk meningkatkan motivasi/hasil belajarnya.
Dalam mengidentifikasi masalah, praktikan berusaha untuk mencari informasi yang
berkaitan dengan klien agar dapat menentukan letak kesulitan maupun
masalah-masalah yang sedang dihadapi klien.
A.
Analisa Data
Analisa data dilakukan terhadap
semua data yang telah dikumpulkan melalui beberapa instrumen, yang kemudian
diklasifikasikan berdasarkan teknik dan instrument pengumpulannya. Melalui
analisa data ini, diharapkan dapat mengetahui secara rinci permasalahan yang
sedang dihadapi oleh Siswa, dimana hasilnya nanti akan digunakan untuk membuat
diagnosis masalah Siswa.
1.
Hubungan Siswa dengan Keluarga dan Orang Lain
Hubungan antara Siswa dengan keluarganya
Sangat buruk terutama dengan ayah tirinya. Dan dikarenakan Siswa Jauh dari
orang tua karena sekarang masih “mondok” maka ada sedikit terputusnya
komunikasi orangtua dengan siswa. Begitu pula hubungan klien dengan saudara
tirinya yang kurang begitu dekat karena klien merasa bahwa saudaranya lebih
disayang dari pada client. Dan Klient tinggal di asramanya hingga sekarang
masih kesulitan dalam mencari teman yang benar-benar dapat dipercaya.
2.
Keadaan Tempat Tinggal Siswa
Klien tidak tinggal bersama
keluarganya melainkan tinggal di pondok pesantren Darul Ulum Asrama2 Rejoso
Peterongan Jombang.
3.
Riwayat Pendidikan Siswa
Menurut hasil wawancara dan
angket, klien sama sekali tidak tahu tentang SMK TELEKOMUNIKASI DU dan bahkan
tidak pernah merencanakan untuk masuk atau sekolah. Klien mengetahui informasi
tentang SMK TELEKOMUNIKASI DU REJOSO dari orangtua client, kemudian menuruti
orangtua untuk sekolah di SMK TELEKOMUNIKASI DU tersebut dengan alasan karena orangtua
ingin klien mendapatkan pelajaran agama di samping pelajaran umum. Status klien
di SMK TELEKOMUNIKASI DU adalah sebagai siswa dan sekaligus sebagai santriwati
di Pondok Pesantren Darul ulum.
Di samping klien juga sering
mengalami kesulitan dalam belajar sehingga menghalangi cita-cita klien untuk
berprestasi. Klien sangat tidak menyukai pelajaran matematika dan fisika karena
dianggap sulit oleh klien..
4.
Sarana dan Prasarana Belajar
Jarak antara pondok dan sekolah
sangat dekat sehingga klien cukup berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Dan
biaya hidup di Jombang ini seluruhnya ditanggung oleh orang tua siswa yang
dikirimkan langsung kepada klien. Klien tidak memiliki sarana belajar
sendiri/khusus, dan buku diktat yang dimiliki siswa untuk menunjang prestasi
belajarnya juga tidak lengkap.
Hasil Observasi :
Hasil data observasi berupa
pengamatan secara langsung terhadap pola tingkah laku klien di lingkungan
sekolah, antara lain :
1.
Di dalam kelas klien cenderung sering emosi.
2.
Klien kurang bersemangat dalam belajar dan tidak
memperhatikan pelajaran.
3.
Klien mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan
dan kurang percaya diri.
4.
Klien merupakan orang yang tertutup dan sulit
untuk diajak komunikasi dan cuek.
Hasil Wawancara :
Wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan keadaan dan permasalahan yang sedang
dihadapi klien. Teknik wawancara juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang
erat dan akrab dengan klien, sehingga dapat membantu klien dalam mengatasi
masalahnya tanpa ada hambatan.
Wawancara dilakukan dalam
suasana yang akrab agar klien mempunyai kesempatan yang lebih banyak dan
leluasa untuk mengungkapkan masalahnya. Wawancara dapat dilakukan di sekolah
pada saat jam pelajaran, saat istirahat, atau saat jam pelajaran berakhir.
Data yang diperoleh dari
wawancara pada dasarnya memunculkan masalah antara lain klien merasa kesulitan
dalam memotivasi diri sendiri untuk belajarnya.. kurangnya motivasi dalam belajar,
kurangnya rasa percaya diri, sikap klien yang mudah putus asa dalam menghadapi
setiap masalah, serta sikap tertutup klien, menjadikan klien tidak dapat
mengembangkan potensinya dan menjadi lebih baik.
1.
Masalah Keluarga dan Kehidupan Ekonomi Klien
¬
Keluarga
a.
Klien adalah anak kedua dari 3 bersaudara
b.
Klien selalu bertengkar dengan kelaurganya
terutama ayah tirinya
c.
Klien merasa kurang senang berada di rumah
¬
Ekonomi
a. Klien
merasa tidak puas dengan keadaan hidupnya yang sekarang
2.
Masalah Agama dan Moral Klien
a.
Klien kurang merasakan manfaat beragama
3.
Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi
a.
Klien merasa bingung bila berhadapan dengan
orang banyak
b.
Klien tidak berminat pada organisasi
c.
Klien selalu gagal dalam usaha mencari teman
4.
Masalah Rekreasi/Hobi dan Penggunaan Waktu
a.
Klien lebih suka buku hiburan daripada buku
pelajaran
b.
Klien tidak dapat menggunakan waktu luang dengan
baik
c.
Waktu klien banyak terpakai untuk melakukan
hobi/keinginannya
5.
Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum dan
Kegiatan Pembelajaran
a.
Klien merasa pelajaran di sekolah terlalu berat
b.
Klien merasa kesulitan dalam mengerti isi buku
pelajaran
c.
Klien merasa kesulitan dalam menangkap dan
mengikuti pelajaran
d.
Klien merasa enggan membaca buku di perpustakaan
e.
Pelajaran yang bersifat hitungan sangat sulit
bagi klien
f.
Klien sering mendapat angka rendah
g.
Bahan pelajaran sulit diingat oleh klien
h.
Ada
beberapa pelajaran yang tidak klien senangi
i.
Klien tidak memperhatikan pelajaran tertentu
karena kepribadian gurunya yang tidak klien senangi
j.
Klien suka meremehkan mata pelajaran
tertentu/menganggapnya tidak perlu
k.
Di dalam kelas klien sering ramai sendiri/
bercanda dengan teman
6.
Masalah
Kegiatan Belajar di Asrama
a.
Klien belajar kalau ada ulangan
b.
Klien belajar tidak teratur waktunya
c.
Klien tidak suka belajar/malas belajar
d.
Klien sukar memusatkan pikiran waktu belajar
e.
Klien sulit mengingat pelajaran yang sudah
dihafalkan
f.
Klien tidak dapat menerapkan cara belajar yang
baik
g.
Klien belajar dengan cara membayangkan atau
diingat-ingat saja
h.
Klien sering menyalin pekerjaan teman
i.
Klien sering mengantuk kalau belajar
j.
Klien suka mengulur-ulur waktu untuk belajar
k.
Klien kesulitan untuk memulai belajar
7.
Masalah Masa Depan yang Berhubungan dengan
Jabatan
a.
Klien berkeinginan kerja setelah lulus Dari SMK
Telkom
b.
Klien bingung untuk menentukan pilihan setelah
lulus dari SMK Telkom karena adanya dorongan orangtua agar client melanjutkan
ke perguruan tinggi/universitas
c.
Cita-cita klien tidak sesuai dengan keinginan
orangtua
8.
Masalah Muda Mudi dan Asmara
a.
Klien mulai tertarik dengan lawan jenis
b.
Klien sering mencampuradukkan masalah pribadinya
dengan masalah yang ada di sekolahnya
A.
Diagnosis Kasus
Diagnosis
merupakan suatu usaha untuk memahami masalah yang sedang dihadapi klien. Tujuan
diagnosis adalah untuk mengetahui lokasi kesulitan klien, jenis kesulitan
klien, dan latar belakang kesulitan klien.
Dalam melakukan diagnosis
diperlukan data-data siswa kasus (klien) yang ditempuh dengan menggunakan
metode analisis, wawancara, observasi, dan angket. Prosedur yang dilakukan
adalah menetapkan lokasi kesulitan klien, menetapkan jenis kesulitan klien, dan
mengetahui latar belakang kesulitan klien.
Berikut dipaparkan hasil diagnosis atas data klien.
1.
Lokasi Kesulitan Klien
Berdasarkan data yang telah
disintesa, dapat diketahui lokasi kesulitan yang dihadapi klien. Secara umum,
lokasi kesulitan siswa dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu :
masalah pribadi klien, masalah keluarga dan kehidupan ekonomi, masalah sosial,
masalah penyesuaian diri/adaptasi, dan masalah kegiatan belajar.
2.
Jenis Kesulitan Klien
Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan melalui berbagai teknik yang telah diidentifikasi dan dianalisis,
dapat diketahui jenis masalah yang dihadapi klien sebagai berikut.
a.
Pribadi Klien
·
Klien sering merasa iri hati dan curiga terhadap
orang lain
·
Klien merasa rendah diri
·
Klien ingin lebih menarik dan unggul dari teman
yang lain
·
Klien sering menyesali diri sendiri
·
Klien merupakan orang yang bersifat tertutup
·
Klien adalah orang yang mudah marah dan sering
tidak sabar
·
Klien adalah orang yang tidak dapat menerima
kritik dan mudah tersinggung
·
Klien sering merasa cemas bila ada ulangan
b.
Masalah Keluarga dan Kehidupan Ekonomi Klien
¬ Keluarga
·
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara
·
Klien selalu bertengkar dengan keluarganya terutama
ayahnya
·
Klien merasa kurang senang berada di rumah
¬ Ekonomi
·
Klien merasa tidak puas dengan keadaan hidupnya
yang sekarang
c.
Masalah Agama dan Moral Klien
·
Klien kurang merasakan manfaat beragama
d.
Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi
·
Klien merasa bingung bila berhadapan dengan
orang banyak
·
Klien tidak berminat pada organisasi
·
Klien selalu gagal dalam usaha mencari teman
·
Klien sering dibenci teman-teman di sekolah
e.
Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum dan
Kegiatan Pembelajaran
·
Klien merasa pelajaran di sekolah terlalu berat
·
Klien merasa kesulitan dalam mengerti isi buku
pelajaran
·
Klien merasa kesulitan dalam menangkap dan
mengikuti pelajaran
·
Klien merasa enggan membaca buku di perpustakaan
·
Pelajaran yang bersifat hitungan sangat sulit
bagi klien
·
Klien sering merasa khawatir kalau mendapat
giliran maju
·
Klien sering mendapat angka rendah
·
Bahan pelajaran sulit diingat oleh klien
·
Ada
beberapa pelajaran yang tidak klien senangi
·
Klien tidak memperhatikan pelajaran tertentu
karena kepribadian gurunya yang tidak klien senangi
·
Klien suka meremehkan mata pelajaran
tertentu/menganggapnya tidak perlu
·
Di dalam kelas klien sering ramai sendiri/bercanda
dengan teman
f.
Masalah Kegiatan Belajar
·
Klien belajar kalau ada ulangan
·
Klien belajar tidak teratur waktunya
·
Klien tidak suka belajar/malas belajar
·
Klien sukar memusatkan pikiran waktu belajar
·
Klien sulit mengingat pelajaran yang sudah
dihafalkan
·
Klien tidak dapat menerapkan cara belajar yang
baik
·
Klien belajar dengan cara membayangkan atau
diingat-ingat saja
·
Klien sering menyalin pekerjaan teman
·
Klien sering mengantuk kalau belajar
·
Klien suka mengulur-ulur waktu untuk belajar
·
Klien kesulitan untuk memulai belajar
3.
Latar Belakang Kesulitan Klien
a.
Masalah Keluarga dan Kehidupan Ekonomi Klien
Latar
belakang masalah keluarga klien adalah klien merasa kurang senang berada di
rumah dan selalu bertengkar dengan keluarganya terutama ayahnya, dikarenakan
klient menganggap ayahnya pilih kasih terutama pada adiknya yang termasuk anak
kandung dari ayah tirinya. Sedangkan latar belakang masalah kehidupan ekonomi
klien adalah klien merasa tidak puas dengan keadaan hidupnya yang sekarang.
- Masalah Agama dan Moral Klien
Latar belakang
masalah agama dan moral klien adalah klien kurang merasakan manfaat beragama
sehingga dia menjadi anak yang malas beribadah.
- Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi
Latar
belakang masalah sosial klien adalah klien kurang dapat bersosialisasi dengan
teman maupun lingkungannya karena klien merupakan orang yang sangat tertutup
dan minder/kurang percaya diri, dia juga sering dijauhi teman-temannya karena
sifatnya yang selalu ingin berkuasa.
- Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran
Latar belakang
masalah penyesuaian diri klien terhadap kurikulum dan kegiatan pembelajaran
adalah klien merasa kesulitan dalam menerima dan mengerti pelajaran, serta
merasa bahwa pelajaran di sekolah terlalu berat dan membosankan. Klien juga
kurang bersemangat dalam belajar sehingga sering mendapat nilai rendah.
- Masalah Kegiatan Belajar
Latar belakang
masalah kegiatan belajar adalah klien malas untuk belajar dan belajar kalau ada
ulangan, sering mengulur-ulur waktu belajar, tidak dapat memusatkan pikiran
pada saat belajar dan hanya membayangkan atau mengingat-ingat saja materi
pelajaran. Karena itu, dia tidak dapat menerapkan cara belajar yang baik karena
kurang adanya motivasi belajar dalam diri klien.
Jadi Berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan, diketahui bahwa klien mempunyai masalah yang berkaitan
dengan kedisiplinan dan motivasi belajarnya, konsentrasi belajar yang kurang,
dan sikap tertutup klien yang menghalangi klien untuk mengembangkan potensinya
secara optimal.
B.
Prognosa
Prognosis adalah suatu tahap
meramalkan kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan permasalahan klien atau
suatu langkah pemberian layanan bimbingan kepada klien yang berupa penetapan
pemberian jenis atau teknik bantuan yang dapat diberikan kepada klien. Hal ini
diperlukan untuk merubah keadaan yang lebih positif dapa diri klien. Prognosa
ditetapkan berdasarkan hasil diagnosa yang telah dilakukan untuk memprediksikan
kemungkinan yang dihadapi klien apabila masalahnya tidak teratasi. Dan atas
dasar inilah akan ditetapkan alternatif-alternatif bantuan atau pertolongan,
karena kemungkinan yang terjadi jika klien terus berlarut-larut dalam
permasalahan yang merugikan, terutama dalam mencapai prestasi belajar dan juga
masa depannya maka akan berdampak negatif terhadap perkembangan klien. Dan atas
dasar inilah akan ditetapkan alternatif-alternatif bantuan atau pertolongan
karena apabila tidak segera dibantu, maka :
1. Klien akan merasa percuma mengikuti pelajaran
karena kurang adanya motivasi dan tidak dapat konsentrasi.
2.
Klien akan tertinggal pelajaran yang akan
mengakibatkan prestasi klien semakin merosot dan terancam tidak akan naik
kelas.
3. Potensi yang dimiliki klien tidak dapat
berkembang secara optimal dan akan semakin malas untuk belajar.
4.
Klien akan semakin tidak percaya diri, selalu
pesimis bahwa dia tidak bisa berprestasi, serta akan tetap bersikap tertutup
kepada orang lain.
5.
Klien akan merasa tertekan/depresi karena tidak
nyaman dengan lingkungannya di kelas.
Berdasarkan latar belakang
kesulitan belajar yang dihadapi klien pada diagnosa di atas, maka jenis bantuan
yang dapat diberikan kepada klien adalah :
1.
Bantuan penyuluhan
2.
Rimidial Teaching
3.
Bimbingan belajar pribadi dan sosial
4. Membantu menemukan seseorang yang dapat
dipercaya sebagai tempat curhat seperti teman dekat/sahabat.
5.
Memberikan motivasi kepada klien.
Apabila masalah yang dihadapi
klien dapat segera diatasi, maka kemungkinan yang akan terjadi pada klien
adalah :
1.
Klien akan lebih semangat dan konsentrasi dalam
belajar.
2.
Klien akan dapat mengejar pelajaran yang
tertinggal, sehingga dapat meningkatkan prestasinya serta bisa naik kelas.
3.
Potensi yang ada dalam diri klien akan dapat
berkembang secara optimal sehingga akan membuat klien semakin rajin belajar.
4. Klien akan menjadi semakin percaya diri dan
selalu optimis dalam meraih prestasi, serta akan lebih terbuka kepada orang
lain.
5.
Klien akan lebih nyaman di kelas karena memiliki
banyak teman dan orang-orang yang dia percaya.
C.
Treatment (pemberian bantuan)
Treatment adalah bantuan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan jenis dan latar belakang masalah yang dihadapi klien. Treatment
atau pemberian bantuan ini bertujuan untuk menentukan alternatif pemecahan
masalah yang sedang dihadapi klien sehingga klien dapat kembali belajar dengan
baik dan mencapai hasil yang optimal, serta penyesuaian yang sehat.
Pemberian bantuan dilakukan
dengan cara pendekatan individual dan pelimpahan kepada ahli yang sesuai dengan
bidangnya. Pemberian bantuan hanyalah memberi alternatif pemecahan masalah
bukan sebagai satu-satunya cara memecahkan masalah, karena sebenarnya yang
harus mengambil keputusan dalam masalahnya adalah siswa yang bersangkutan atau
klien itu sendiri.
Pemberian bantuan merupakan suatu
langkah tindak lanjut dari kegiatan prognosis. Langkah-langkah yang ditempuh
meliputi identifikasi masalah klien, perencanaan pemberian bantuan, dan
pelaksanaan pemberian bantuan.
Kegiatan Pemberian Bantuan, antara lain :
1.
Memberikan bimbingan tentang belajar yang baik
dengan harapan agar klien memiliki sikap disiplin dalam belajar dan menyadari
akan pentingnya belajar yang baik dengan membuat jadwal kegiatan belajar dengan
baik.
2. Memberikan informasi tentang penggunaan waktu
luang yang baik dengan harapan agar klien dapat mengisi waktu luangnya dengan
kegiatan yang positif.
3. Pemberian motivasi kepada klien, yaitu dengan
memberikan dorongan dan membesarkan hati klien untuk lebih percaya diri
terhadap semua usaha yang akan dan telah dilakukannya demi kemajuan diri klien,
terutama dalam menumbuhkan semangat klien untuk belajar dan berprestasi.
4. Rimidial Teaching yang diberikan kepada
siswa untuk mata pelajaran yang dianggap sulit dan kurang disukai klien, yang
meliputi : bimbingan, memberikan soal-soal latihan, memberikan wawasan akan
pentingnya sebuah catatan yang rapi dan teratur, serta menganjurkan untuk mengikuti
pelajaran tambahan (les) untuk bidang studi yang dirasa sulit.
5. Bimbingan pribadi dan sosial atau kelompok,
yaitu dengan memberikan penjelasan tentang keuntungan belajar bersama/kelompok,
serta menyarankan kepada klien untuk lebih aktif dalam kegiatan ekstra di
sekolah.
6. Memberikan sedikitnya waktu luang untuk klien
agar bisa mencurahkan hatinya. Agar bisa menghilangkan sedikit banyaknya
kepeningan yang ada didalam dirinya
D.
Follow Up (tindak lanjut)
Follow up atau tindak
lanjut adalah kegiatan yang dilakukan setelah bimbingan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan usaha pemberian bantuan yang telah dilakukan kepada klien
di dalam mengatasi kesulitan belajar dan memotivasi klien. Prosedur tindak
lanjut, antara lain: mengamati kegiatan belajar klien baik di dalam maupun di
luar kelas, melakukan wawancara dengan guru bidang studi dan klien, serta
melihat hasil belajar siswa dengan cara melihat perbandingan nilai raport siswa
sebelum dan sesudah diadakannya layanan bimbingan.
Adapun langkah-langkah yang
dapat ditempuh dalam tindak lanjut adalah sebagai berikut :
1.
Melakukan interview/wawancara dengan
klien tentang kemajuan prestasinya dan menanyakan apakah masih ada masalah lain
yang mengganggu kegiatan belajarnya.
2.
Melakukan observasi terhadap kegiatan klien di
sekolah.
3.
Melakukan pendekatan kepada klien agar lebih
akrab serta mendampinginya pada saat mata pelajaran tertentu yang dianggap
sulit.
4.
Mencoba untuk mengajaknya berbicara dan bercanda
untuk menghilangkan rasa minder serta sifat tertutup klien.
5.
Memberikan soal-soal latihan mata pelajaran untuk
mengetahui tingkat kemampuannya dalam mata pelajaran tersebut serta menumbuhkan
rasa suka terhadap pelajaran.
Dari beberapa langkah tindak
lanjut yang dilakukan oleh praktikan di atas, sudah mulai tampak perkembangan
perubahan sikap dalam diri klien meskipun belum secara maksimal karena untuk
dapat mengetahui keberhasilan siswa dengan permasalahan yang ada diperlukan
waktu yang cukup lama. Namun ada beberapa perubahan sikap yang positif dalam
diri klien seperti : klien sudah mulai terbuka dan mau berbicara atau bercanda
dengan orang-orang di sekitarnya, mulai tumbuhnya semangat belajar dalam diri
klien terutama dalam mata pelajaran IPS, klien mulai berani untuk mengungkapkan
perasaan atau masalah yang dihadapinya meski tidak seluruhnya, klien juga mulai
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui hobi volinya.
Dengan adanya perkembangan
perubahan perilaku klien tersebut, maka guru mata pelajaran harus banyak
memberikan kesempatan kepada klien untuk lebih aktif di dalam kelas, misalnya
meminta siswa maju ke depan, menjawab pertanyaan secara lisan, mendampingi
serta membantu klien jika mengalami kesulitan dalam belajar, dan guru dapat
menggunakan permainan atau metode-metode lain dalam mengajarkan pelajaran IPS
agar siswa lebih tertarik.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan, peran
guru sangatlah penting dalam menentukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Tugas guru tidaklah ringan karena disamping sebagai pendidik, mereka juga merupakan
fasilitator dalam mentransfer ilmu pengetahuan, serta berkewajiban untuk
membenahi sikap dan moral siswanya. Sebagai seorang guru yang profesional,
tugas guru tidak hanya mengajar di kelas tetapi juga mempunyai kewajiban
membantu siswa ke arah perkembangan yang optimal. Oleh karena itu guru juga
harus menguasai dasar-dasar layanan bimbingan siswa.
Dari hasil kegiatan dalam
memberikan layanan bimbingan siswa, maka dapat disimpulkan:
1.
Layanan bimbingan siswa adalah suatu kegiatan
yang sangat penting yang harus dikuasai oleh pendidik untuk membantu siswa
dalam mencapai prestasi belajar secara optimal.
2. Layanan bimbingan siswa adalah upaya untuk
mengenal, memahami, dan menetapkan klien dengan kegiatan mendiagnosa,
memprognosa, dan memberikan pertimbangan pemecahannya.
3. Studi kasus adalah suatu metode yang dilakukan
oleh pendidik untuk mengenal siswanya secara mendalam serta berusaha untuk
menentukan alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh siswanya.
4.
Agar dapat memberikan layanan bimbingan dengan
baik, maka perlu adanya penguasaan konsep dan teknik bimbingan, serta
langkah-langkah yang telah ditentukan.
5. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar
siswa, maka guru harus melakukan evaluasi dan juga bekerjasama dengan berbagai
pihak, antara lain klien, teman klien, wali kelas, para guru, orang tua klien,
serta lembaga yang menangani masalah siswa-siswi-nya yaitu lembaga Bimbingan
dan Konseling.
B.
Saran
Keberhasilan dari studi kasus ini
tergantung pada kesadaran diri klien. Pada akhir laporan ini, praktikan merasa
perlu untuk memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam membantu
klien, orang tua klien, guru/wali kelas, dan sekolah, yaitu :
1.
Saran untuk klien
· Klien diharapkan lebih terbuka lagi dalam
mengutarakan masalah yang sedang dihadapinya agar masalah tersebut dapat
diatasi dan mendapatkan solusi untuk menyeleaikannya.
·
Klien hendaknya lebih konsentrasi dan
bersemangat dalam belajar.
·
Klien hendaknya tidak minder terhadap
teman-temannya.
·
Klien hendaknya tidak merasa malu atau takut
untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
·
Hendaknya lebih teratur dalam belajar, tidak
malas, dan tidak mengulur-ulur waktu untuk belajar.
·
Hendaknya lebih semangat dan tidak malas dalam
beribadah
·
Berusaha untuk berkomunikasi dengan teman dan
tidak sering menyendiri.
·
Harus menghilangkan rasa malu atau takut jika
disuruh maju ke depan.
·
Klien hendaknya dapat memanfaatkan waktu luang
untuk kegiatan yang positif.
2.
Saran untuk orang tua klien
·
Orang tua klien hendaknya lebih meluangkan
waktunya untuk memperhatikan klien.
· Orang tua siswa diharapkan mempunyai kesadaran
tinggi dalam mengawasi dan mengontrol perkembangan anaknya.
·
Berusaha untuk mendidik anaknya agar disiplin
baik dalam belajar maupun beribadah.
· Hendaknya lebih memahami permasalahan yang sedang
dihadapi oleh anaknya dan berusaha untuk membantu menyelesaikan masalah mereka
dengan memberikan motivasi atau dorongan terhadap minat belajar mereka, serta
memberikan perhatian dan pengertian.
· Selalu menjalin kerjasama dengan pihak guru,
konselor, dan personil sekolah lainnya untuk mengetahui perkembangan anaknya.
3.
Saran untuk guru/wali kelas
· Guru hendaknya memberikan perhatian khusus
kepada siswa selama dia belum mampu mengatasi masalahnya
·
Hendaknya mengadakan pendekatan belajar kepada
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
· Guru hendaknya mengadakan hubungan dan kerjasama
yang kontinyu dengan orang tua untuk mengetahui perkembangan belajar siswanya.
·
Memberikan motivasi agar siswa lebih semangat
dalam belajar.
· Guru hendaknya memberikan pembinaan dan pengarahan
kepada siswa tentang cara-cara belajar yang efektif.
4.
Saran untuk sekolah
Program Layanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah hendaknya menjadi program yang terpadu dan dilakukan
secara berkelanjutan dengan selalu melakukan hubungan dan kerjasama dengan
orang tua siswa demi tercapainya tujuan belajar. Disamping itu, konselor harus
terus memberikan layanan bimbingan belajar pada klien dengan memberikan
motivasi dalam belajar serta membantu memecahkan setiap masalah yang dihadapi
oleh klien agar klien mau mengubah
sikapnya dan berusaha untuk meningkatkan prestasi akademiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ainin, Mochammad. 2006. Metodologi
Penelitian Bahasa Arab. Pasuruan: Hilal Pustaka.
Dimyati dan Madjiono. 2002. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djumhur, I, Moh. Surya. 1975. Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:
CV Ilmu.
Gunawan, Yusuf. 1987. Pengantar
Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Prenhallindo, Asosiasi Perguruan
Tinggi Katolik (APTIK)
Munandir. 1991. Kode Etik
Jabatan Konselor. Malang: PBB IKIP Malang.
Partowisastro. 1992. Diagnosis
dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Prayitno. 1999. Panduan
Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1984. Pengantar
Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas). Jakarta
Timur: Ghalia Indonesia.
Surya, Mohammad. 1988. Dasar-dasar
Penyuluhan (Konseling). Jakarta:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDIKAN TINGGI. Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Susanto,
Pudjo. 1999. Strategi Belajar Mengajar Biologi untuk Sekolah Menengah. Malang: FMIPA – UM.
makasih atas postingannya.....:)
ak ada tugas analisis studi kasus peserta didik , hmm kurang lebih seperti yang penulis posting gg yahh kak? blez