LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN
MAHASISWA STKIP PGRI I JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
OLEH
NAMA : M. IMAMUDDIN
NIM : 082078
PRODI : PENDIDIKAN PENDIDIKAN EKONOMI
Pada tanggal 11 Juli 2011
Dosen Pembimbing Guru Pamong
NUR ZAKIYAHW, S.Pd ASTIKAH, S.Pd.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur
kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis telah berhasil menyelesaikan laporan
tentang kegiatan belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam pelajaran
Bahasa Inggris
Adapun penulisan laporan ini
adalah sebagai bukti bahwa penulis telah melakukan PPL (Program Pengalaman lapangan) di SMA NEGERI NGORO.
Pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
- Drs. Winardi.MM.selaku ketua STKIP PGRI Jombang.
- Dr. Munawaroh, M.kes.
- Drs. Diah
Nalibrata, selaku kepala UPPL.
- Nur Zakiyah W, S.Pd
- Drs. H.Achmad Damanhuri.MM selaku kepala SMA NEGERI NGORO.
- Astikah, S.Pd.
Dalam penyusunan laporan ini,
penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan seluruh kemampuan yang
penulis miliki. Akan tetapi sebagai manusia biasa tentunya penulis mempunyai
keterbatasan dan kekurangan, sehinga
laporan ini masih banyak kelemahan maupun kekurangan dalam penyajian. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesumpurnaan laporan ini.
Akhirnya semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jombang,11
Juli 2011
Penyusun,
M. IMAMUDDIN
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
1
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................
2
KATA PENGANTAR..............................................................................................
3
DAFTAR ISI.............................................................................................................
4
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
5
B. Permasalahan............................................................................................
5
C. Tujuan Penyusunan Study Kasus.............................................................
6
D. Subyek Penelitian.....................................................................................
6
E. Metode Penyusunan Laporan..................................................................
6
F. Analisa Data.............................................................................................
6
BAB II
DATA SISWA
A. Identitas Diri Siswa.................................................................................
7
B. Identitas Orang Tua Siswa ...................................................................... 7
C. Bakat, Minat Dan Cita-Cita.....................................................................
7
D. Peralatan Dan Sarana Belajar...................................................................
7
BAB III
ANALISA DATA
A. Analisa Data Diri Siswa .......................................................................... 8
B. Faktor Penyebab Timbulnya Masalah......................................................
8
C. Penyelesaian Masalah .............................................................................. 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah,
Ki Hajar Dewantara ( Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889-1959 )
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu : daya upaya untuk memajukan
budi pekerti ( karakter, kekuatan batin ) pikiran ( intellect ) dan jasmani
anak-anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dalam hal ini, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan
juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi..
Fungsi
pendidikan yakni menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan
dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran Pada dasarnya adalah ”mengajar” merupakan membantu
( mencoba membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang
dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang
yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga
menumbuhkan dan mendorong siswa belajar. Hal ini akan dapat terwujud jika
dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui :
1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan, arahan,
motivasi, nasihat dan penyuluhan agar peserta didik mampu mengatasi, memecahkan
dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan di mana
terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga
kependidikan dengan peserta didik.
3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran
khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang
relevan bukanlah antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran
sebagai suatu profesi dengan pendidikan.
Jadi, Belajar merupakan kegiatan esensial dalam
pengajaran, juga terkait dengan berbagai faktor yang dapat memberikan perubahan
pada siswa. Faktor siswa, guru serta faktor lingkungan secara menyeluruh
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh. Menurut T. Raka Joni (1981) bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh matangnya seseorang
atau perubahan yang bersifat temporer. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
belajar adalah usaha sadar yang dilakukan individu dan menyebabkan adanya
perubahan tingkah laku sebagai responden terhadap lingkungan, baik langsung
ataupun tidak langsung.
Kita telah
mengetahui bahwa guru sebagai
komponen belajar mengajar di sekolah selalu dituntut untuk tidak hanya keprofesionalan
dalam menguasai materi yang akan diajarkan, akan tetapi juga perlu dibekali
dengan ilmu pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang dapat meningkatkan
pendidikan salah satunya adalah bagaimana cara mengenal peserta didik untuk membantu mencapai hasil yang
optimal.
Sebagai
seorang pendidik disamping
sebagai seorang pengajar, juga bertugas memberikan bimbingan kepada peserta
didik dan membantu memecahkan
masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam hal ini, pendidik harus mampu melakukan pendekatan dengan peserta didik,baik secara individu maupun kelompok.
Setelah itu, pendidik harus
mempunyai teknik yang sesuai untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta
didik sehingga dapat menemukan
penyelesaian.
Salah satu
masalah yang dihadapi siswa adalah kesulitan belajar. Kesulitan ini beraneka ragam penyebabnya mulai dari masalah
pribadi sampai masalah yang menyangkut orang banyak. Apabila masalah yang dihadapi
oleh peserta didik tidak
segera diatasi, maka akan mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun. Seorang
guru harus mengetahui penyebab timbulnya masalah dan selanjutnya memberikan
alternatif cara penyelesaiannya masalah tersebut, baik melalui pihak keluarga,
siwa itu sendiri maupun teman dekat. Apabila hal itu dapat dilakukan dengan
baik, maka masalah tersebut dapat segera teratasi dan siswa dapat
berkonsentrasi pada pelajaran serta mampu meningkatkan prestasinya.
Untuk
membantu permasalahan peserta didik, guru perlu mengetahui penyebab dan mencari langkah-langkah yang harus ditempuh
serta dapat memilih teknik
yang bisa digunakan untuk membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi peserta
didik adalah diagnosa kesulitan
belajar siswa.
Untuk
menjadi seorang guru yang profesional, maka guru harus mempunyai bekal
ketrampilan diatas. Oleh karena itu mereka perlu berlatih mengenal, mengetahui
dan memahami masalah yang hadapi siswa.
Masalah-masalah belajar adalah segala masalah yang
terjadi selama proses belajar itu sendiri
Masalah-masalah
belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan
kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati
perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik.
Setelah memahami permasalahan di
atas, maka dalam hal ini praktikan membuat study kasus yang bertema “
Identifikasi kurangnya perhatian peserta didik pada saat proses belajar mengajar
“
B. Permasalahan
Berdasarkan
latarbelakang yang telah disebutkan diatas, maka permasalahan yang timbul adalah:
1.
Kemalasan peserta didik pada saat proses belajar
mengajar.
2.
Kurangnya rasa percaya diri dari peserta didik,
sehingga materi yang disampaikan guru tidak dapat di terima secara maksimal.
C. Tujuan Penyusunan Studi Kasus
Tujuan dari penyusunan studi
kasus ini adalah sebagai berikut:
1.
Agar peserta didik tidak mempunyai sifat malas
pada saat proses belajar mengajar.
2.
Diharapkan peserta didik memiliki rasa percaya
diri yang tinggi.
D. Subyek Penelitian
Batasan masalah yang menjadi subjek penelitian dalam menyusun laporan ini adalah salah satu peserta
didik kelas XI IPS SMA NEGERI
NGORO tahun ajaran 2011/2012 yang mempunyai
masalah belajar.
E. Metode Penyusunan Laporan
Langah-langkah
yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.
Metode
Observasi
sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan
sebagai pengamatan, penataan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.
Sedangkan arti luas observasi biasa dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui tes dan quesioner´
(Sutrisno Hadi, 2000: 136). Observasi juga diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secarasistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada obyek
penelitian´(Margono, 2000: 158). Lebih lanjutnya yang dikatakan sebagai
obsevasi partisipasn adalah, di mana peneliti turut mengambil bagian dari
kelompok, di tengah-tengah kehidupan subjek penelitian. Dalam metode
pengumpulan data melalui observasi ini, peneliti mencatat apa yang dilihat,
sehingga peneliti dapat mengenal situasi dengan baik dan mengetahui peran panti
asuhan dalam membantu kelangsungan pendidikan bagi anak yatim dan anak-anak
yang terlantar.
Dalam
observasi ini, praktikan
secara langsung mengamati tingkah laku dan kemampuan yang dimiliki peserta
didik yang menjadi subyek dari studi
kasus yang akan dijadikan bahan untuk dipelajari oleh praktikan.
2.
Metode
Wawancara
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan
dialog langsung yang di lakukan oleh pewawancara untuk memperoleh terwawancara
( Suharsimi Arikunto, 2003:132) . metode wawancar di gunakan penulis untuk
mendapatkan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada peserta didik.
Dalam
wawancara praktikan akan
melibatkan peserta didik yang
menjadi subyek penelitian.
3.
Metode
Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui, Suharsimi Arikunto (1999:140).
Kelebihan
teknik Angket
1. Angket
baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
2. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat
mengisi kuesioner dengan memilih waktunya
sendiri yang paling luang.
3. Angket
secara relatif lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
4.
Karena angket biasanya tidak mencantumkan identitas responden,
maka hasilnya
dapat lebih objektif.
Dalam
metode angket ini, praktikan
memberikan daftar isian (angket) yang berisi pertanyaan yang disesuaikan dengan
peserta didik tersebut.
F. Analisa Data
Setelah
mendapatkan data-data yang diperlukan, maka cara menganalisa data tersebut
adalah sebagai berikut:
- Dengan mengidentifikasi
data peserta didik, praktikan dalam menentukan masalah yang dihadap oleh peserta
didik tersebut.
- Memberikan
gambaran solusi kepada peserta
didik tersebut setelah ia mendapat pelajaran di dalam kelas.
- Mengamati
hasil penelitian tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Pendidikan
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk
menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan
berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu
penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan
tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan
adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ”
yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan
pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan
(2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing,
dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau ”
pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara
sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep
pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan
berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap
saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan
pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan
para ahli yaitu :
(1) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ).
(2) Dalam pengertian yang sempit pendidikan
berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan ( McLeod,
1989 ).
(3) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan
dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )
(4) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan
diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan
kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )
(5) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang
bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk
menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan,
sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).
(6) Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua
perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya,
pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai
usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.
Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan
Harahap, 1981 ).
(7) Menurut John Dewey pendidikan
merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut
daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang
diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
(8) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No.
20 Tahun 2003 ).
1. Hakekat dan Teori Pendidikan
Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah
teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai :
a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi
dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori
b. definisi konotatif atau denotatif atau
konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan
dalam menyusun teori.
Asumsi pokok pendidikan adalah :
a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan
bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan
belajarnya;
b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan
tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam
c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian
tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari
kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.
Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu
seperti :
a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek
sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke
generasi.
b. Antrophologik memandang pendidikan adalah
enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi.
c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek
tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan
kapasitas individu secar optimal. Psikologi menurut Woodward dan Maquis ( 1955
: 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam
keseluruhan ruang hidupnya.
d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai
usaha penanaman modal insani ( human capital ) yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses
menjadi warga negara yang diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan
kader bangsa yang tangguh.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori
dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana
soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang
pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti
latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta
pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa
pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai
kesejahteraan bagi subjek didik.
2. Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba
membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam
belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar.
Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan
mendorong siswa belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui
proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui :
1. Bimbingan yaitu pemberian
bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu
mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana
terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga
kependidikan dengan peserta didik.
3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran
khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara
pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi
dengan pendidikan.
3. Fungsi
Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala
sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut
UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Konsep dan
Makna Belajar
1. Konsep
Belajar.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit
maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka
dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan
perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri
dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan
pembentukan pola hidup.
c. Psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan
keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Belajar Menurut Pandangan Skiner.
Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respon belajar,
2. Respon si belajar,
3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon
tersebut,baik konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar
yakni :
1. respondents response yaitu respon yang terjadi
karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului
respons yang ditimbulkannya.
2. operants conditioning dalam clasical
condotioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat
lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena
situasi random.
Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya
adalah rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana
prilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.
Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan
yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas
disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang
dilakukan oleh pelajar.Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi
eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal
yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil
belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan
motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M. Gagne
mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling
sederhana sampai paling kompleks yakni :
1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal
Learning) yang menimbulkan perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat
menimbulkan perasaan sedih atau senang.
2. belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus
Response-Learning)dimana respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal
(Chaining Learning) mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan
keterampilan motorik.
4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal
(Verbal Association) bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah
yang menentukan.
5. belajar mebedakan atau diskriminasi
(Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai
gejala.
6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu
corak belajar yang menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat
tertentu pula pada berbagai objek.
7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning)
dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam
macam-macam aturan.
8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving)
menggunakan aturan-aturan yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi
dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik
yang menghasilkan suatu hasil belajar.
Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget
yaitu :
1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara
tindakan pisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.
2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang
tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah
yang dihadapinya.
3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme
untuk membuat kemajuan intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar
dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling
melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan
mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli
Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran,
bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang
dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang
perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi
kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur, guru
dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau belajar
menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru
mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi
dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya
guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk
timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R.
Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan,
mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa
yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu
hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya
sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom
Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki
atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan)
yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang
terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan
emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam
kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi,
penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain
psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan
gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual,
kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah
perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner
Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat
dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner
mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti
struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk
belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema
keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar
persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar
dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata
pelajaran.
2. Teori
Belajar
Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar
teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori
behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.
a. Teori Disiplin Mental
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari
eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif,
teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau
dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori
perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara
alamiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental
dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu
asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak
ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari
luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses
terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk
pikiran.
b. Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu :
mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan
menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike
yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan
berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut,
belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang
dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses
belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif
didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur
sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja,
tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat
dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan
perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat
positif atau negatif.
c. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan
dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode
menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian
bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt
adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan
potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan
yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak
berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang
esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti.
Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang
mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin
ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang
dicari.
d. Makna dan Ciri Belajar
Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai
proses orang memperoleh berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri
perubahan yang spesifik antara lain : belajar menyebabkan perubahan pada
aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi
dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang
bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang
menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah
proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada
yang kompleks.
e. Prinsip-prinsip Belajar
Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh
para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan
maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaituemosional yang mengiringi
kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi
kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara
perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of
primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit
digoyahkan.
Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran
sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu :
motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar,
feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat
positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar
Agar peserta didik dapat berhasil belajar
diperlukan persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi
para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan
minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan
pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan
jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan
diluar sekolah.
g. Cara Belajar yang Baik
Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar
secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar,
keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti
SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga
diri lebih kurang.
Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan
belajar adalah : menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang
negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan
memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses
Masalah-masalah
Belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri.
Masalah-masalah belajar tetap
akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang
dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan
yang terjadi pada siswa.
Masalah-masalah
belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi guru maupun
dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi
pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari
dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama
proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan
dengan pengorganisasian belajar.
A.
Faktro Internal
1.
Ciri Khas/Karekteristik Siswa
Dapat dilihat
dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat
tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila mana siswa tidak memiliki minat
untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan kesiapan belajar.
2.
Sikap Terhadap Belajar
Sikap siswa
dalam proses belajar, terutama sekali ketiak memulai kegiatan belajar merupakan
bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar siswa banyak
ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar. Namun, bila
lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung kurang
memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
3.
Motivasi Belajar
Di dalam
aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk ketahanan
atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak, mengerjakan tugas dan
sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih lama, karena kurangnya
kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu, rendahnya motivasi
merupakan masalah dalam belajar yang memberikan dampak bagi ketercapaianya
hasil belajar yang diharapkan.
4.
Konsentrasi Belajar
Kesulitan
berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi siswa,
karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam belajar tentu
memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut ketelatenan guru.
5.
Mengelolah Bahan Ajar
Siswa
mengalami kesulitan di dalam mengelolah bahan, maka berarti ada kendala
pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan guru tersebut
hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan sendiri untuk terus
mengelolah bahan belajar, karena konstruksi berarti merupakan suatu proses yang
berlangsung secara dinamis.
6.
Menggali Hasil Belajar
Bagi guru dan
siswa sangat penting memperhatikan proses penerimaan pesan dengan
sebaik-baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal. Guru
hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan, agar
siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesan-pesan pembelajaran.
7.
Rasa Percaya Diri
Salah satu
kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan
mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri
umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu
aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar,
akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan guru bersamaan
dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
8.
Kebiasaan Belajar
Adalah
perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama
sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan.
•
Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai :
a)
belajar tidak teratur
b)
daya tahan rendah
c)
belajar hanya menjelang ulangan atau ujian
d)
tidak memiliki catatan yang lengkap
e)
sering datang terlambat, dan lain-lain
Jenis-jenis
kebiasaan belajar di atas merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar yang tidak
baik karena mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan dapat menyebabkan
rendahnya hasil belajar yang diperoleh.
B.
Faktor-faktor Eksternal Belajar
1.
Faktor Guru
Guru harus
mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi,
melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam
batas-batas yang ditentukan sebagai anggota kelompok.
Bilamana dalam proses
pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu
memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh
pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil
belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa
akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.
2.
Lingkungan Sosial (Teman Sebaya)
Lingkungan
sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh seorang
siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan
rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya.
Pada sisi lain lingkungan
sosial dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa. Tidak sedikit siswa
yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang
mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
3.
Kurikulum Sekolah
Kurikulum
merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau acuan untuk
mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, maka
dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan perubahan di mana
perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan masalah, yaitu :
(a)
tujuan yang akan dicapai berubah
(b)
isi pendidikan berubah
(c)
kegiatan belajar mengajar berubah
(d)
evaluasi belajar
4.
Sarana dan Prasarana
Ketersediaan
prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran
yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan
sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong berkembangnya motivasi
untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan
prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung
terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
C.
Mengenal dan Mengatasi Belajar Siswa
Agar bimbingan
dapat lebih terarah dalam upaya menemukan siswa yang mengalami kesulitan
belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :
a.
Indentifikasi
Adalah suatu kegiatan yang
diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari
informasi tentang siswa dengan melakukan :
- Data dokumentasi hasil belajar mereka
- Menganalisis absensi siswa di dalam kelas
- Mengadakan wawancara dengan siswa
- Tes untuk memberi data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi
b.
Diagnosis
Adalah
keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data tentang siswa
yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
• Keputusan mengenai hasil
kesulitan belajar siswa
• Keputusan mengenai jenis
mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar
c.
Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas
penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi
masalah kesulitan belajar siswa.
d.
Terapi
Terapi di sini
adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai
dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya antara
lain :
• Bimbingan belajar
kelompok
• Bimbingan belajar
individu
• Pengajaran remedial
• Pemberian bimbingan
pribadi
• Alih tangan kasus
e.
Tindak Lanjut
Adalah usaha
untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan
tindak lanjut yang didasari evaluasi.
BAB
III
INDENTIFIKASI
KASUS
DATA SISWA
A. Identitas Siswa
Nama Lengkap : Ramadhan Arli w
tempat tanggal lahir : Kediri,12
Februari 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Tebel, Kec. Bareng, Jombang
Anak Ke : 1 ( Satu )
Jumlah Saudara : 2 ( Dua )
Tinggal Bersama :
Orang tua
B.
Riwayat
Pendidikan Siswa
1.
TK : TK
AL-Islamiyah, Condet, Jakarta Timur
2.
SD : SD Negeri
03 Pagi Balekambang, Jakarta Timur
3.
SMP : SMP Negeri
Ngoro Jombang
4.
SMA : SMA Negeri
Ngoro Jombang
C. Identitas Orang Tua
1.
Ayah
Nama : Iswandoyo
Usia :
56 tahun
Alamat : Ds.
Tebel, Kec. Bareng, Jombang
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : -
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Sifat ayah :
Keras, disiplin dan rapi
2.
Ibu
Nama : Lilik Herlina Farida
Usia :
46 Tahun
Alamat :
Ds. Tebel, Kec. Bareng, Jombang
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Sifat ibu :
Baik, sabar, rendah diri
D.
Gambaran
diri siswa dan Kesehatan
1.
Bentuk muka :
-
2.
Warna kulit :
Sawo matang
3.
Rambut :
Hitam, tebal
4.
Tinggi badan :
168 cm
5.
Berat badan :
50 kg
6.
Mata :
Sempurna,
7.
Telinga :
Sempurna, agak kecil
8.
Tangan : Sempurna, kecil,
pendek
E. Bakat , Minat dan Cita-Cita
1.
Bakat :
-
2.
Hobi : Sepak
bola, futsall, baca komic, lihat sepak bola
3.
Cita-cita :Menjadi
guru olah raga
F. Peralatan dan Sarana Belajar
1.
Keadaan
ruang belajar : -
2.
Waktu
belajar setiap hari : 1 jam
3.
Lama
belajar setiap hari : Jarang ( tidak pasti )
4.
Dengan siapa biasanya belajar :
Sendiri
5.
Suka belajar di tempat yang bagaimana : Nyaman, tidak gaduh
6.
Pernah terlambat masuk sekolah : Pernah
7.
Jam tidur malam :
21.30 dan kadang sampai jam 02.30
8.
Anggota keluarga yang paing dekat : Ibu
BAB IV
PELAKSANAAN
A. Analisa
Berdasarkan
angket yang telah diisi oleh peserta didik yang bermasalah dalam belajar, maka praktikan memperoleh gambaran umum mengenai masalah
yang dihadapi dan penyebabnya. Adapun data yang di pertimbangkan oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1. Data Kesehatan Peserta Didik
a.
Peserta didik pernah punya penyakit yang
mengganggu pada saat belajar ( pusing )
b. Peserta
didik sering bercanda dengan temanya pada saat proses belajar mengajar
2. Data Kebiasaan Belajar Pesrerta
didik
Waktu
belajar setiap hari siswa kira-kira 40 menit, tetapi biasanya dilakukan pada
saat mendapat PR ( Pekerjaan
Rumah ) dan akan atau menjelang
ujian. Apabila peserta didik
tersebut mengalmi kesulitan dia tidak bertanya. Peserta didik sering kurang bisa berkonsentrasi karena
pusing.
B. Diagnosa
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah
antara lain:
1.
Pengetahuan
peserta didik sangat terbatas
dan kurang motivasi belajar
2.
Sebenarnya
peserta didik ingin bertanya kalau kurang mengerti dengan
pelajaran yang di terangkan oleh gurunya, akan tetapi peserta didik tersubut malu pada temanya.
3.
Akses
Negative Yang Mungkin Timbul
a. Karena
tidak ada yang memberikan bimbingan belajar, maka peserta didik tersebut kurang termotivasi untuk
belajar.
b. Peserta
didik malas belajar dan hanya ramai
dikelas
c. Dikhawatirkan
apabila peserta didik sulit
untuk memahami pelajaran, dia akan bertambah malas dalam belajar.
C. Treatmen
Penyelesaian Masalah
Berdasarkan
pada faktor penyebab
timbulnya masalah tersebut, paktikan berusaha memprediksi akses-akses negative yang timbul pada diri siswa
apabila permasalahan tersebut tidak segera diatasi. Dari kemungkinan yang
muncul, maka dapat dirumuskan alternative pemecahan.
a.
Peserta didik di berikan pelajaran tambahan di luar jam
sekolah.
b.
Peserta didik di berikan tugas-tugas mengenai materi
pelajaran.
c.
Membeikan suport pada Peserta didik bahwa dia pasti
mampu belajar dan memahami materi secara maksimal.
d.
Mengajak diskusi Peserta didik setelah proses belajar
mengajar.
e.
Memberikan buku atau materi pelajaran pada clien agar
bisa dibuat bahan belajar.
D.Follouw
Up
Dalam
tindak lanjut ini mempunyai tujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik
setelah mendapat bantuan. Adapun tindak lanjut yang di lakukan untuk memecahkan
permasalahan peserta didik tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Guru
-
Guru
memberikan motivasi pada peserta didik agar giat belajar.
-
Guru
membina keakraban peserta didik.
- Guru
memberi tugas dan evaluasi secara individu dan kelompok untuk memicu peserta didik agar lebih giat.
- Guru
memperhatikan peserta didik
yang kurang faham tentang pelajaran dan berusaha membantu peserta didik.
b. Orang tua
-
Orang
tua memberi motivasi belajar kepada anak-anaknya.
- Karena
peserta didik ini sering
sakit, orang tua seharusnya segera memeriksakanya ke dokter agar diketahui
penyebab sakit dan penyembuhannya
sehingga peserta didik bisa
berkonsentrasi dengan baik dalam belajar.
Dapat di ketahui bahwa bantuan yang di berikan ada kemajuan yaitu peserta
didik mengalami peningkatan dalam belajar. Peserta didik mulai berkonsentrasi
pada materi pelajaran dan peserta didik sudah mulai aktif.
Perkembangan peserta didik dapat di awasi secara terus menerus, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Namun hal tersebut membutuhkab waktu yang
tidak sebentar. Oleh karena itu, bimbingan selanjutnya di serahkan pada pihak
sekolah. Dalam hal ini adalah guru BK, wali kelas dan guru mata pelajaran
karena keterbatasan waktu praktikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian
peserta didik diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa
kegiatan pendidikan merupakan tangung
jawab bersama antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di samping itu juga banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik disekolah.
Untuk
membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik tersebut, khususnya pada pelajaran Ekonomi, sebaiknya guru sering memberikan tugas
secara individu sehingga peserta didik akan termotivasi untuk belajar. Di samping itu disarankan juga bagi peserta
didik yang mempunyai masalah, agar
banyak membaca buku tentang pelajaran Ekonomi, supaya pengetahuan tentang Ekonomi dapat bertambah dan dia dapat memahami pelajaran tersebut
dengan lebih baik lagi. Bantuan yang diberikan pada peserta didik yang bermasalah tersebut dapat berhasil dengan baik kalau peserta
didik itu sendiri ada kemauan keras
untuk mengatasi masalahnya. Karena kita tahu bahwa tanpa adannya kemauan keras
dari diri peserta didik, maka
bantuan yang diberikan akan tidak berhasail maksimal. Peserta didik juga disarankan meminta bantuan teman yang
pandai. Hal lain yang tidak kalah penting dan menjadi salah satu penyebab
masalah peserta didik
tersebut adalah kondisi kesehatan peserta didik yang kurang baik sehingga mengangu konsentrasi
belajar.
B. Saran
Agar
bantuan yang diberikan dapat berguna, maka disarankan kepada:
1.
Peserta didik memeriksakan kesehatanya kedokter atau puskesmas tentang sakit yang
dideritanya.
2.
Guru
memberi perhatian secara khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
3.
Guru
membantu siswa mencari metode atau cara belajar yang sesuai dengan karakter peserta
didik agar bisa belajar dengan mudah dan menyenangkan.
4. Guru
memberikan motivasi pada peserta didik agar giat belajar.
5. Peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh dalam
pelajaran dan berusaha mencari cara yang terbaik dan menyenangkan menurutnya.
6.
Peserta didik hendaknya memanfaatkan temanya
yang pandai sebagai sumber belajar.
7. Peserta didik hendaknya tidak segan-segan
bertanyak akan kesulitanya, khususnya dalam pelajaran.
8. Peserta didik hendaknya bisa memanfaatkan waktu
yang senggang secara maksimal agar bisa menunnjang proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1991
2.
McLeod, 1989.
3.
Mudyahardjo,
2001:6Dasar Pendidikan Dalam Konsep dan Makna Belajar.
4.
Muhibinsyah,
2003:10 Pengertian Pendidikan.
5.
Dictionary
of Psychology, 1972
7.
UUSPN No. 20
Tahun 2003
8.
Mudyahardjo
( 2001:91 )
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar