PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PENERAPAN SISTEM BERMAIN SAMBIL BELAJAR DI TAMAN KANAK - KANAK.


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar. Pada hakikatnya dua macam metode tersebut sama-sama saling mendukung dalam proses belajar anak didik.
Pada usia ini pula, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa dan sosialnya. Usia emas itu datang hanya sekali dan tidak dapat terulang lagi pada fase berikutnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya. Anak pada usia ini harus mendapatkan beragam input yang merangsangnya, utamanya pengembangan kepribadian dan potensi diri baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Pengembangan sosial, emosional, dan kemandirian, dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.
Demikian juga kemampuan berbahasa, bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikirannya melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Pengembangan fisik/motorik untuk memperkenalkan dan melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan kordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak mengembangkan kemampuan logika matematik dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti, sedangkan pengembangan seni, agar anak mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat menghargai hasil karya yang kreatif.
Anak-anak senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas yaitu melalui bermain. Oleh karena itu, pendidikan di TK yang menekankan bermain sambil belajar dapat mendorong anak untuk mengeluarkan semua daya kreativitasnya.
Seluruh potensi kecerdasan anak akan berkembang optimal apabila disirami suasana penuh kasih sayang dan jauh dari berbagai tindak kekerasan, sehingga anak-anak dapat bermain dengan gembira. Oleh karena itu, kegiatan belajar yang efektif pada anak dilakukan melalui cara-cara bermain aktif yang menyenangkan, dan interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan emosional, bukan teori akademik.

1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan uraian uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa Arti Bermain Bagi Anak?
2.      Apa saja Jenis Kegiatan Bermain anak?
3.      Apa Manfaat Bermain bagi Tumbuh Kembang Anak?
4.      Bagaimana Peran Orangtua dalam Kegiatan Bermain Anak?

1.3  Tujuan
1.      mengetahui Arti Bermain Bagi Anak
2.      mengetahui Jenis Kegiatan Bermain anak
3.      mengetahui Manfaat Bermain bagi Tumbuh Kembang Anak
4.      mengetahui Peran Orangtua dalam Kegiatan Bermain Anak
BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Arti Bermain Bagi Anak
Dunia anak adalah dunia bermain. Oleh karena itulah mengapa saat ini banyak sekali mall, komplek perumahan, hotel, rumah makan, fasilitas umum, dsb…yang dilengkapi dengan play ground atau arena bermain bagi anak-anak. Ada yang gratis…ada yang musti bayar sebagai konsekuensi dari adanya fasilitas tersebut. Toko mainan anak, dari yang produk lokal, produk china maupun produk negara-negara maju lainnya, selalu ramai. Demikian pula dengan game center di pusat2 perbelanjaan di kota2 besar.
Bagaimana dengan di pedesaan? Mainan tradisional? gobak sodor, petak umpet, gangsingan, gundu/kelereng dsb…, sepertinya sudah hilang dari peredaran, bahkan di pelosok desa sekalipun. Apalagi bila aliran listrik sudah masuk, saya yakin permainan tradisional anak2 tidak akan pernah di mainkan lagi. Mereka akan lebih suka memelototi siaran televisi dikala luangnya, menyaksikan tayangan-tayangan yang belum tentu pas untuk kelompok usianya.
Kebutuhan anak akan bermain pada dasarnya sama, baik di kota maupun di desa. Yang berbeda adalah bentuk & jenis permainan, frekuensi serta area bermainnya. Di kalangan pendidikan, kebutuhan bermain bagi anak2 usia dini tersebut direspon dengan banyaknya Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang bermunculan. Lembaga2 tersebut pada dasarnya dimaksudkan untuk memberikan ruang dan waktu kepada anak usia dini utk tumbuh dan berkembang melalui BERMAIN dalam berbagai bentuk dan tema.
Saat ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya dalam kurikulum pendidikan formal. Bermain adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, bergantung pada keingingan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta. Begitu akrabnya kegiatan bermain ini dengan keseharian kita, sehingga kita kerap menganggapnya sebagai kegiatan biasa saja.

2.2  Jenis Kegiatan Bermain anak
1.      Sensorimotor dan practice play
Sejak dini, bayi menggunakan panca inderanya untuk mengekplorasi lingkungan dan dunianya. Mereka melatih keterampilan motorik melalui gerakan repetitif seperti menggapai dan menggenggam. Jenis mainan yang kaya akan warna, bentuk, tekstur ,dan bunyi dapat menstimulasi panca indera anak.
2.      Permainan fungsional
Melalui permainan fungsional bayi dan anak dapat mencari tahu apa saja yang dapat dilakukan suatu objek atau hal-hal yang dapat mereka lakukan terhadap objektersebut. Anak berusia 12 – 18 bulan menyukai mainan yang bereaksi terhadaptindakan mereka seperti mengeluarkan bunyi ketika tombol ditekan, boneka yang keluar ketika kotak dibuka. Dari kegiatan ini anak mempelajari dampak darigerakan atau tindakan mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Kemudian menginjak usia tiga tahun, sebagian besar mainan bersifat fungsional. Objek yang dapat dimanipulasi seperti lilin,cat, balok, boneka, dan puzzle semakin banyak dimainkan oleh anak.
3.      Permainan Konstruktif
Sekitar usia empat tahun kegiatan bermain fungsional cenderung berkurang. Seiring dengan perkembangannya anak mulai mampu untuk membuat atau menghasilkan sesuatu eperti gambar, membangun balok, atau membentuk lilin. Permainan konstruktif merupakan sarana yang sangat baik untuk mengembangkan keterampilan motorik halus dan koordinasi mata-gerakan tangan pada anak.
4.      Permainan Imaginatif
Permainan imaginatif atau bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial, emosional,dan bahasa anak. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya melalui improvisasi peran, mengeksplorasi peran atau menirukan kegiatan orang-orang di sekitarnya,belajar bekerja sama, saling berbagi, dan memecahkan masalah. Munculnya jenis permainan ini menandakan berkembangnya kemampuan untuk berpikir simbolis dan juga sangat penting untuk perkembangan bahasa dimana anak menggunakan lebih banyak kosakata dan mampu menyusun sebuah cerita yang berkesinambungan. Disamping itu, permainan peran juga membantu anak untuk mengatasi ketakutan dan masalah yang ia hadapi karena seringkali hal tersebut direfleksikan dalam permainan.

2.3  Manfaat Bermain bagi Tumbuh Kembang Anak
Saat ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya dalam kurikulum pendidikan formal. Sesungguhnya bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Elizabeth B. Hurlock, salah seorang pakar perkembangan anak, menuliskan dalam buku Child Development, setidaknya ada 11 manfaat dari kegiatan bermain bagi anak. Namun penulis hanya akan menguraikan 9 di antaranya, yaitu:
1.      Perkembangan kognitif
Bermain bukan hanya merupakan cara unik anak untuk belajar mengenai dunianya, tetapi juga cara mereka untuk belajar tentang diri sendiri dan bagaimana mereka menempatkan diri dalam dunianya, mengembangkan pengetahuan dan memperdalam pemahaman mereka melalui siklus belajar yangberulang-ulang (Frost, Wortham, & Reifel, 2001). Bermain aktif juga mendorong pemaknaan akan suatu konsep secara personal. Anak akan lebih mudah mengingatsituasi, ide, dan keterampilan yang dianggap relevan dengan kondisi dan keadaan mereka (Formberg, 2002).Kegiatan belajar berbasis permainan juga memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai keterampilan serta mengembangkan perasaan kompeten dan percaya diri.
Dalam bermain bebas anak dapat mengembangkan kreativitasnya dan mencoba berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam permainan. Dengan demikian, mereka meningkatkan kemampuan perencanaan, berpikir logis, memahami hubungan sebab-akibat, dan pemecahan masalah yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan nyata(Ginsburg, 2007). Di samping itu, bermain dengan teman sebaya atau orang lainjuga dapat memperkaya kosa kata dan keterampilan berkomunikasi anak.

2.      Perkembangan fisik
Karena bermain seringkali melibatkan aktivitas fisik,maka sangat erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan motorik kasar, motorik halus, dan skema tubuh ( Frost, Wortham, & Reifel, 2001). Dengan kemampuantersebut anak akan merasa lebih percaya diri, stabil, mampu mengkoordinasikangerakan yang merupakan modal dasar contohnya dalam kegiatan olah raga, duduk dikelas, menulis, dan sebagainya

3.      Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasaruntuk merasa menjadi bagian dari kelompok dan belajar untuk berfungsi dalamsuatu kelompok dengan komposisi dan peranan yang berbeda-beda. Melalui kegiatanbermain anak dapat mengembangkan keterampilan sosial yang dibutuhkan dalamberinteraksi seperti menunggu giliran, mengungkapkan perasaan dan keinginansecara adaptif, berkomunikasi, dan mematuhi aturan-aturan sosial. Selain itu,bermain dengan orang lain juga memberikan kesempatan bagi anak untukmenyesuaikan tindakan mereka dengan orang lain, memahami sudut pandang dankebutuhan orang lain, mengatur emosi dan mengendalikan diri, serta berbagi’kekuasaan’, tempat, dan ide dengan teman bermain (Creasy, Jarvis, & Berk,1998).

4.      Dorongan berkomunikasi
Seorang anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan dimengerti antar peserta bermain.

5.      Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan.
Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan perang, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata.

6.      Sumber belajar
Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan. Semakin beragam media permainan serta banyaknya variasi kegiatan, kian semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman baru yang mereka terima. Hal ini dapat difasilitasi oleh para orang tua dengan cara memasukkan unsur pengetahuan populer dalam permainan anak. Bermain sambil belajar akan memberikan dua manfaat sekaligus pada anak, yaitu kesenangan serta kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.

7.      Rangsangan bagi kreativitas.
Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.

8.      Perkembangan wawasan diri.
Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anak.

9.      Belajar bersosialisasi.
Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.

2.4  Peran Guru dan Orangtua dalam Kegiatan Bermain siswa
Besarnya implikasi bermain dalam setiap aspek perkembangan anak tidak terlepas dari keterlibatan orang tua atau pengasuh salah satunya dengan menyediakan fasilitas atau tempat yang aman bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya dengan bebas. Orang tua juga dapat mengembangkan permainan anak agar mendapat informasiyang lebih kaya. Meskipun terlibat dalam permainan anak, orangtua sebaiknya tetap membebaskan anak untuk menggunakan imaginasi dan kreativitasnya dengan tidak terlalu direktif dan mengatur jalannya permainan atau justru terlalu’memberikan kemudahkan’ pada anak sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah tidak terasah. Ketika bermain dengan anak orangtua juga dapat menantang anak dengan memberikan hambatan atau masalah-masalah sederhana, contohnya dalam bermain peran, agar kemampuannya untuk memecahkan masalah meningkat secarabertahap, belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, berpikir secara lebih fleksibel dan mampu meregulasi emosinya.
2.5  Penerapan metode pembelajaran ke siswa
Seperti yang digambaarkan pada 120 siswa Play group dan TK Al azhar di kota mojokerto, Penerapan metode bermain sambil belajar dikemas secara singkat yang inti kegiatan sebenarnya adalah observasi. Observasi dilakukan di Media Radar Mojokerto dan memang kunjungan ini merupakan bagian dari penerapan kurikulum tetang media massa. Kegiatan ini sebenarnya bias menstimulus siswa untuk belajar berkreasi serta bisa mengasah potensi yang ada dalam peserta didik. Suasana yang berbeda serta lingkungan yang tidak sama di waktu belajar merupakan salah satu factor yang mempengaruhi siswa untuk giat dalam mengikutinya. Pada waktu kunjungan observasi, siswa diberikan penjelasan secara garis besar dan siswa diberikan kesempatan untuk mengelilingi/melihat ruang administrasi dan ruang redaksi.
Kegiatan itu merupakan salah satu upaya pendidik agar untuk menumbuhkan potensi yang ada dalam peserta didik dengan kemasan pembelajaran yang berbeda pula, Dan tidak lepas dari tujuan pendidikan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pendidikan yang tepat di TK mempunyai pengaruh sangat signifikan bagi proses tumbuh kembang anak dan mempengaruhi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya, karena pada masa ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, bahasa dan sosialnya. serta emosional dan intelektualnya.
Cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK adalah melalui pembelajaran yang menekankan pada kegiatan bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan yang didesain sedemikian rupa, sehingga merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK yang sangat tepat.
Dalam implementasinya, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Apapun model pembelajaran yang digunakan di TK, namun yang terpenting harus dikemas dalam konteks bermain yang betul-betul didisain secara matang, dengan memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis anak. kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, serta menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik.
Sebagai contoh adalah sebuah sekolah TK Al-azhar yang telah memiliki kurikulum yang telah dikembangkan untuk proses pembelajaran pada anak-anak yang duduk di bangku TK.



3.2 Saran
Seharusnya kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara aktif, serta menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan tematik.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. Perkembangan Anak edisi keenam. Surabaya: Erlangga. 1978.
Jalal,  Fasli.  Pendidikan  Input  Tumbuh  Kembang  Anak.  Available  from http://www.pikiran­rakyat.com/cetak/0902/09/index.htm . 28 Desember 2006.
Narendra, Moersintowarti B. Tumbang Anak dan Remaja. Jakarta: CV Sagung Seto.2002
Patmonodewo,  S.  Pendidikan  Anak  Prasekolah.  Jakarta:  PT  Rineka  Cipta. 2003.
Rakhmat, J. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1999
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. 1995
Suyanto, S.Dasar­Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Yogyakarta: Hikayat Publishing. 2005

2 komentar:

  • asolihin skb says:
    8 Februari 2014 pukul 10.42

    Bermain bagi anak memang sangat penting, anak diwilayah dimanapun memiliki kebutuhan bermain yang tinggi..makalah yang menarik, terimakasih udah disare..salam

  • Anonim says:
    22 Februari 2014 pukul 14.19

    seeepppp gan,.........

Posting Komentar