BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Dalam dunia pendidikan, tugas utama seorang Pendidik adalah mengajar, dalam arti melaksanakan / menerapkan kurikulum yang telah tersusun. Karena menurut pembahasan kurikulum sumber belajar tidak hanya Pendidik, maka fungsi Pendidik tidak hanya sebagai sumber belajar , tetapi lebih terfokus pada pemilihan strategi belajar dan pemilihan media pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk melaksanakan belajar.
Peran pendidik pada dasarnya adalah membantu anak merubah prilaku sesuai dengan tujuan yang telah di tentukannya (, sehubungan dengan hal tersebut tugas pendidik adalah berinteraksi dengan peserta didik dengan cara menciptakan kondisi dan menyusun bahan, dengan memanipulasi situasi yang memungkinkan peserta didik mengubah tingkah laku sesuai dengan keinginan itu.
Dalam tugas sebagai pengajar, pendidik bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar peserta didik, khususnya berinteraksi belajar mengajar, sehingga tugas pendidik sebagai pengajar akan lebih banyak menyikapi peserta didik sebagai anggota kelompok yang akan diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Pendidik juga harus bisa, memahami serta mengerti berbagai macam kesulitan serta masalah yang sedang dihadapi peserta didik. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi maka akan menghambat serta mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Dengan mencari penyebab timbulnya masalah yang mereka hadapi, Pendidik juga harus mengambil langkah langkah yang harus di tempuh untuk mengatasinya, Dengan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar serta tidak menyinggung perasaan yang bersangkutan dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya.
Pendidik diharapkan dapat bersikap empatik ( dengan selalu memahami sepenuhnya kemauan dan kemampuan anak ) tetapi pendidik harus pula berperan sebagai inspirator dan motivator yang dapat memberikan arah dan materi perubahan dan memberi semangat kepada peserta didik agar terus bergerak dan maju sebagai korektor yang tidak selalu menuruti kemauan peserta didik.
Dalam hal ini Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, sehingga motivasi bisa dikatakan modal awal dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi merupakan tenaga utama yang bisa menunjang suatu perubahan yang baik dalam proses pembelajaran.
Dan untuk lebih jelasnya tentang betapa pentingnya motivasi dalam dunia pendidikan, maka disini penulis akan mendeskripsikan tentang peranan Pendidik dan Motivasi.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana Peranan Guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik ?
1.2.2 Apa Peran guru dalam membangkitkan motivasi siswa ?
1.3 Tujuan
1.2.1 Mendeskripsikan dan untuk mengetahui peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik ?
1.2.2 Mendeskripsikan dan untuk mengetahui Peran guru dalam membangkitkan motivasi siswa
1.2.3 Memenuhi tugas UAS dalam mata kuliah belajar pembelajaran
BAB II
Pembahasan
2.1 Peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Bila merujuk pada pandangan Luthan, F. (1981) dan McClelland (1975) dapat disimpulkan bahwa pada diri setiap manusia telah tersedia potensi energy atau sebuah kekuatan yang dapat menggerakkan dan mengarahkan tingkah lakunya pada tujuan. Di dalamnya tercakup pula potensi energi / kekuatan untuk berprestasi (motif berprestasi) yang kekuatannya berbeda pada setiap manusia. Apabila terpicu, potensi energy berprestasi ini keadaannya akan meningkat bahkan akan menggerakkan dan mengarahkan pada tingkah laku belajar. Dengan demikian hal ini dapat memberikan pandangan sekaligus harapan bagi para pendidik / guru bahwa:
1) Setiap diri anak didik / siswa telah dibekali kekuatan untuk berprestasi (motivasi berprestasi).
2) Kekuatan berprestasi setiap peserta didik / siswa berbeda-beda.
3) Kekuatan berprestasi setiap peserta didik / siswa dapat ditingkatkan.
4) Setiap peserta didik / siswa dapat menunjukkan tingkah laku belajar atau usaha-usaha untuk mencapai tujuan belajar (memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan pengembangan belajar).
5) Di samping itu, guru / pendidik perlu lebih menghayati perannya sebagai pendidik sehingga muncul rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri dalam memproses anak didik. Barangkali pernyataan yang dikutip dari McKeachie (1986 dalam http://www.sabda.org/pepak/pustaka/061138/) ini dapat memberikan harapan pula, yakni: “ kemampuan guru / pendidik untuk menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi”.
6) Guru / pendidik membutuhkan upaya-upaya yang dapat memicu bergeraknya motivasi berprestasi setiap siswa / peserta didik.
Agar kita dapat mengetahui seperti apa pemicunya, seyogyanya kita kaji kembali pandangan para ahli tentang pemicu motivasi berprestasi.
Menurut Luthan (1981), proses motivasi merupakan sebuah system yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. ketiga elemen tersebut bekerja sebagai suatu siklus. Dikatakannya bahwa pada umumnya tingkah laku diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan individu. Sedangkan menurut Mc Clelland (1953, dalam skripsi Maria, 2009) disebutkan bahwa terdapat tiga factor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu faktor: individual, keluarga, dan lingkungan akademik. Merujuk pada pandangan-pandangan tersebut, maka guru / pendidik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama. Tingkah laku belajar dapat terjadi bila siswa / peserta didik memiliki tujuan untuk apa ia belajar. Sehubungan dengan itu guru / pendidik sejak awal pengajaran seyogyanya memberikan wawasan/informasi mengenai tujuan pencapaian tingkah laku belajar yang lebih spesifik atas ilmu yang sedang dipelajarinya saat itu serta bagaimana manfaat dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari maupun manfaat atas pengembangan ilmu tersebut pada masa datang.
Kedua. Setiap siswa / peserta didik memiliki kebutuhan terkait dengan tingkah laku belajarnya sehingga tujuan belajar pun akan dicapai siswa / peserta didik dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut. Dengan kata lain bahwa harapan siswa / peserta didik akan pemenuhan kebutuhannya yang dapat diperoleh dari pencapaian tujuan tingkah laku belajarnya dapat mendorong dirinya untuk menunjukkan tingkah laku belajar atau melakukan usaha-usaha pencapaian tujuan belajar tersebut. Berdasarkan hal ini, maka para pendidik perlu mengidentifikasi kebutuhan siswa / peserta didik tersebut terkait dengan konsekwensi atas pencapaian tujuan belajar tersebut. Misalnya, pencapaian tujuan belajar adalah diperolehnya pemahaman atas suatu ilmu. Konsekwensi atas pemerolehan ini dapat bermacam-macam, antara lain: menjadi orang yang berpengetahuan agar dapat berkarya dibidangnya.
Ilmunya, mendapatkan ranking di kelas sehingga membanggakan dirinya atau orang tua, mendapatkan ranking di kelas sehingga dapat memperoleh hadiah yang dijanjikan guru / pendidik atau orang tua, mendapatkan ranking di kelas sehingga gengsi diri meningkat, atau bahkan mendapatkan ranking di kelas sehingga terlepas dari hukuman orang tua. Konsekwensi ini mengindikasikan kebutuhan anak didik / siswa tersebut.
Didasari pandangan Woolfolk (1995) mengenai jenis motivasi, maka dapat dikatakan bahwa bila siswa / peserta didik menunjukkan tingkah laku belajar karena ingin memperoleh pemahaman yang lebih dalam atas ilmu tertentu sehingga menjadi siswa terdidik, dan kebutuhan itu hanya dapat dipenuhi hanya dengan belajar dan tidak ada cara lain selain belajar, maka tingkah laku belajarnya akan disertai dengan minat dan perasaan senang.
Tergeraknya tingkah laku belajar yang didasari oleh penghayatan akan kebutuhan seperti dijelaskan di atas menunjukkan bahwa tingkah laku belajarnya digerakan oleh motivasi intrinsik. Sebaliknya, apabila aktivitas belajar siswa / peserta didik dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri, maka dapat dikatakan ia tergerak oleh motivasi ekstrinsik.
Bila kedua hal tersebut dibandingkan, terlihat bahwa motivasi intrinsik diperkirakan relatif akan bertahan lebih lama, karena daya tariknya bersifat internal dan tidak bergantung pada lingkungan luar.
Dengan demikian, penting kiranya bagi para guru / pendidik untuk menelusuri hal ini dan kemudian memberikan umpan balik kepada siswa / peserta didik mengenai jenis motivasi yang menggerakkan dan mengarahkan tingkah laku belajarnya agar siswa /peserta didik dapat menyadarinya, kemudian melakukan reorientasi atas tingkah laku belajarnya dengan harapan siswa / peserta didik dapat memilih dan menetapkan tujuan belajar yang pokok dan benar bagi dirinya. Harapan lain adalah siswa / peserta ddik dapat menetapkan di dalam dirinya bahwa motif ekstrinsik menjadi tujuan penunjang dalam tingkah laku belajarnya.
Ketiga. Faktor individual, keluarga, dan lingkungan merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Mengingat hal itu maka guru / pendidik seyogyanya melakukan hal berikut ini:
1) Mengenal setiap siswa / peserta didik secara pribadi agar dapat melakukan pendekatan kepada siswa / peserta didik secara tepat sesuai keadaan kemampuan (kekuatan dan kelemahan pribadi) peserta didik.
2) Menciptakan suasana / iklim belajar yang menyenangkan. Adanya kepedulian dan penghargaan guru / pendidik atas prestasi siswa / peserta didik di kelas, adanya hubungan interpersonal yang baik antar siswa / peserta didik sehingga mereka merasa menjadi bagian dari kelasnya, serta adanya kebanggaan atas kelas dan sekolahnya.
3) Di samping itu, kiranya yang perlu dilakukan guru / pendidik agar tercipta suasana kelas yang menyenangkan adalah apabila pendidik menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakannya secara tepat. Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat membuat guru / pendidik mampu mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas.
4) Khusus pada siswa / peserta didik yang sudah tergolong remaja dan menjelang dewasa, seyogyanya guru / pendidik menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan dapat menerapkan pola mengajar andragogi pada siswa / peserta didik .
2.2 Peran guru dalam membangkitkan motivasi siswa
Bagi siswa / peserta didik yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru / pendidik. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa / peserta didik yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru / pendidik. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa / peserta didik yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru / pendidik adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa / peserta didik, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa / peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru / pendidik berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa / peserta didik yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa / peserta didik yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa / peserta didik tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10.Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Motivasi belajar siswa / peserta didik menunjukkan pengertian sebagai kekuatan dalam diri siswa / peserta didik (energy) yang mendorong peserta didik melakukan usaha-usaha mencapai tujuan belajar. Disamping itu menunjukan adanya orientasi siswa / arah tingkah laku siswa pada pencapaian tujuan belajar.
2. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa / peserta didik, hendaknya guru / pendidik memperhatikan hal berkut ini:
1. Memiliki paradigma / pandangan positif terhadap upaya peningkatan motivasi peserta didik.
2. Memiliki keyakinan kuat bahwa pada setiap diri siswa / peserta didik telah tersedia kekuatan besar (berupa motivasi belajar) untuk menunjukkan tingkah laku belajar.
3. Peran guru adalah melakukan upaya yang dapat memicu bergeraknya kekuatan / energy tersebut secara lebih tepat dan cepat.
4. Kurangnya perhatian dari orang tua bisa jadi yang menjadikan turunnya motivasi belajar peserta didik, oleh karena itu seorang pendidik harus senantiasa memberikan suatu stimulus yang bisa memberikan semangat peserta didik untuk berpandangan bahwa guru juga orang tua mereka.
5. Kurangnya minat dari seorang pendidik terhadap proses pembelajaran dapat mengakibatkan turunnya motivasi belajar peserta didik, sehingga peserta didik itu tidak akan mendapatkan suatu hal yang sangat diperlukannya seperti situasi yang nyaman.
6. Peran guru adalah sebagai tukang yang sedang membuat pondsi pada rumah yang baru dibuat, peserta didik bisa diibaratkan sebagai rumah yang akan dibangun. Maka guru adalah penentu dimana ke apikkan rumah tersebut.
3.2 Saran
1. Jangan pernah beranggapan menjadi seorang pendidik merupakan tugas pada proses pembelajaran saja, kita harus selalu memperhatikan kondisi peserta didik tidak hanya pada sekolah saja.
2. Sebaiknya menjadi seorang pendidik harus mempunyai komitmen yang jelas dan terarah karena hal ini adalah faktor intern dari pendidik yang bisa mempengaruhi proses belajar mengajar.
3. Seorang Pendidik harus dapat mengetahui karakteristik setia peserta didik agar dapat mengerti bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar peserta didik
4. Pendidik tidak hanya memberikan materi-materi formal saja akan tetapi seorang pendidik harus bisa menanamkan jiwa, akhlak dan moral yang baik bagi peserta didik.
5. Kesuksesan seorang pendidik tidak hanya dilihat dari evaluasi yang berbentuk nilai yang diberikan pada peserta didik, tapi keberhasilan dilihat dari bagaimana seorang guru atau pendidik bisa mengubah pandangan seorang peserta didik yang mula-mula tidak jelas menjadi jelas, mengubah tingkah laku yang berakhlak mulia dan menjadikan dia menjadi manusia yang berjiwa sosial.
DAFTAR PUSTAKA
___________ 2009. Membangun motivasi pada diri : http://ebook-panduan.cjb.net.
___________2009-26-September. Model belajar dan pembelajaran berorientasi kompetensi siswa : www.pkab.wordpress.com / (diakses, 20:00)
Rahmat, 2009. Koleksi artikel motivasi : www.web-cerdas.cjb.net
Asian, 2007. Motivasi Belajar : AsianBrain.com
Mappiare Andi, Drs, 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Dimyati, Dr, Mudjiono, Drs. Belajar dan pembelajaran : Rineka Cipta
Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal, Akuntabiliras Profesi. Makalah Seminar Nasional. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
A.M. Muliono (2003), “Pembelajaran”, Kompas 26/7/03.
Gunarsa, Singgih. 1995. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Dalam dunia pendidikan, tugas utama seorang Pendidik adalah mengajar, dalam arti melaksanakan / menerapkan kurikulum yang telah tersusun. Karena menurut pembahasan kurikulum sumber belajar tidak hanya Pendidik, maka fungsi Pendidik tidak hanya sebagai sumber belajar , tetapi lebih terfokus pada pemilihan strategi belajar dan pemilihan media pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk melaksanakan belajar.
Peran pendidik pada dasarnya adalah membantu anak merubah prilaku sesuai dengan tujuan yang telah di tentukannya (, sehubungan dengan hal tersebut tugas pendidik adalah berinteraksi dengan peserta didik dengan cara menciptakan kondisi dan menyusun bahan, dengan memanipulasi situasi yang memungkinkan peserta didik mengubah tingkah laku sesuai dengan keinginan itu.
Dalam tugas sebagai pengajar, pendidik bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar peserta didik, khususnya berinteraksi belajar mengajar, sehingga tugas pendidik sebagai pengajar akan lebih banyak menyikapi peserta didik sebagai anggota kelompok yang akan diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Pendidik juga harus bisa, memahami serta mengerti berbagai macam kesulitan serta masalah yang sedang dihadapi peserta didik. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi maka akan menghambat serta mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Dengan mencari penyebab timbulnya masalah yang mereka hadapi, Pendidik juga harus mengambil langkah langkah yang harus di tempuh untuk mengatasinya, Dengan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar serta tidak menyinggung perasaan yang bersangkutan dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya.
Pendidik diharapkan dapat bersikap empatik ( dengan selalu memahami sepenuhnya kemauan dan kemampuan anak ) tetapi pendidik harus pula berperan sebagai inspirator dan motivator yang dapat memberikan arah dan materi perubahan dan memberi semangat kepada peserta didik agar terus bergerak dan maju sebagai korektor yang tidak selalu menuruti kemauan peserta didik.
Dalam hal ini Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, sehingga motivasi bisa dikatakan modal awal dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi merupakan tenaga utama yang bisa menunjang suatu perubahan yang baik dalam proses pembelajaran.
Dan untuk lebih jelasnya tentang betapa pentingnya motivasi dalam dunia pendidikan, maka disini penulis akan mendeskripsikan tentang peranan Pendidik dan Motivasi.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana Peranan Guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik ?
1.2.2 Apa Peran guru dalam membangkitkan motivasi siswa ?
1.3 Tujuan
1.2.1 Mendeskripsikan dan untuk mengetahui peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik ?
1.2.2 Mendeskripsikan dan untuk mengetahui Peran guru dalam membangkitkan motivasi siswa
1.2.3 Memenuhi tugas UAS dalam mata kuliah belajar pembelajaran
BAB II
Pembahasan
2.1 Peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Bila merujuk pada pandangan Luthan, F. (1981) dan McClelland (1975) dapat disimpulkan bahwa pada diri setiap manusia telah tersedia potensi energy atau sebuah kekuatan yang dapat menggerakkan dan mengarahkan tingkah lakunya pada tujuan. Di dalamnya tercakup pula potensi energi / kekuatan untuk berprestasi (motif berprestasi) yang kekuatannya berbeda pada setiap manusia. Apabila terpicu, potensi energy berprestasi ini keadaannya akan meningkat bahkan akan menggerakkan dan mengarahkan pada tingkah laku belajar. Dengan demikian hal ini dapat memberikan pandangan sekaligus harapan bagi para pendidik / guru bahwa:
1) Setiap diri anak didik / siswa telah dibekali kekuatan untuk berprestasi (motivasi berprestasi).
2) Kekuatan berprestasi setiap peserta didik / siswa berbeda-beda.
3) Kekuatan berprestasi setiap peserta didik / siswa dapat ditingkatkan.
4) Setiap peserta didik / siswa dapat menunjukkan tingkah laku belajar atau usaha-usaha untuk mencapai tujuan belajar (memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan pengembangan belajar).
5) Di samping itu, guru / pendidik perlu lebih menghayati perannya sebagai pendidik sehingga muncul rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri dalam memproses anak didik. Barangkali pernyataan yang dikutip dari McKeachie (1986 dalam http://www.sabda.org/pepak/pustaka/061138/) ini dapat memberikan harapan pula, yakni: “ kemampuan guru / pendidik untuk menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi”.
6) Guru / pendidik membutuhkan upaya-upaya yang dapat memicu bergeraknya motivasi berprestasi setiap siswa / peserta didik.
Agar kita dapat mengetahui seperti apa pemicunya, seyogyanya kita kaji kembali pandangan para ahli tentang pemicu motivasi berprestasi.
Menurut Luthan (1981), proses motivasi merupakan sebuah system yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. ketiga elemen tersebut bekerja sebagai suatu siklus. Dikatakannya bahwa pada umumnya tingkah laku diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan individu. Sedangkan menurut Mc Clelland (1953, dalam skripsi Maria, 2009) disebutkan bahwa terdapat tiga factor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu faktor: individual, keluarga, dan lingkungan akademik. Merujuk pada pandangan-pandangan tersebut, maka guru / pendidik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Pertama. Tingkah laku belajar dapat terjadi bila siswa / peserta didik memiliki tujuan untuk apa ia belajar. Sehubungan dengan itu guru / pendidik sejak awal pengajaran seyogyanya memberikan wawasan/informasi mengenai tujuan pencapaian tingkah laku belajar yang lebih spesifik atas ilmu yang sedang dipelajarinya saat itu serta bagaimana manfaat dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari maupun manfaat atas pengembangan ilmu tersebut pada masa datang.
Kedua. Setiap siswa / peserta didik memiliki kebutuhan terkait dengan tingkah laku belajarnya sehingga tujuan belajar pun akan dicapai siswa / peserta didik dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut. Dengan kata lain bahwa harapan siswa / peserta didik akan pemenuhan kebutuhannya yang dapat diperoleh dari pencapaian tujuan tingkah laku belajarnya dapat mendorong dirinya untuk menunjukkan tingkah laku belajar atau melakukan usaha-usaha pencapaian tujuan belajar tersebut. Berdasarkan hal ini, maka para pendidik perlu mengidentifikasi kebutuhan siswa / peserta didik tersebut terkait dengan konsekwensi atas pencapaian tujuan belajar tersebut. Misalnya, pencapaian tujuan belajar adalah diperolehnya pemahaman atas suatu ilmu. Konsekwensi atas pemerolehan ini dapat bermacam-macam, antara lain: menjadi orang yang berpengetahuan agar dapat berkarya dibidangnya.
Ilmunya, mendapatkan ranking di kelas sehingga membanggakan dirinya atau orang tua, mendapatkan ranking di kelas sehingga dapat memperoleh hadiah yang dijanjikan guru / pendidik atau orang tua, mendapatkan ranking di kelas sehingga gengsi diri meningkat, atau bahkan mendapatkan ranking di kelas sehingga terlepas dari hukuman orang tua. Konsekwensi ini mengindikasikan kebutuhan anak didik / siswa tersebut.
Didasari pandangan Woolfolk (1995) mengenai jenis motivasi, maka dapat dikatakan bahwa bila siswa / peserta didik menunjukkan tingkah laku belajar karena ingin memperoleh pemahaman yang lebih dalam atas ilmu tertentu sehingga menjadi siswa terdidik, dan kebutuhan itu hanya dapat dipenuhi hanya dengan belajar dan tidak ada cara lain selain belajar, maka tingkah laku belajarnya akan disertai dengan minat dan perasaan senang.
Tergeraknya tingkah laku belajar yang didasari oleh penghayatan akan kebutuhan seperti dijelaskan di atas menunjukkan bahwa tingkah laku belajarnya digerakan oleh motivasi intrinsik. Sebaliknya, apabila aktivitas belajar siswa / peserta didik dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri, maka dapat dikatakan ia tergerak oleh motivasi ekstrinsik.
Bila kedua hal tersebut dibandingkan, terlihat bahwa motivasi intrinsik diperkirakan relatif akan bertahan lebih lama, karena daya tariknya bersifat internal dan tidak bergantung pada lingkungan luar.
Dengan demikian, penting kiranya bagi para guru / pendidik untuk menelusuri hal ini dan kemudian memberikan umpan balik kepada siswa / peserta didik mengenai jenis motivasi yang menggerakkan dan mengarahkan tingkah laku belajarnya agar siswa /peserta didik dapat menyadarinya, kemudian melakukan reorientasi atas tingkah laku belajarnya dengan harapan siswa / peserta didik dapat memilih dan menetapkan tujuan belajar yang pokok dan benar bagi dirinya. Harapan lain adalah siswa / peserta ddik dapat menetapkan di dalam dirinya bahwa motif ekstrinsik menjadi tujuan penunjang dalam tingkah laku belajarnya.
Ketiga. Faktor individual, keluarga, dan lingkungan merupakan factor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Mengingat hal itu maka guru / pendidik seyogyanya melakukan hal berikut ini:
1) Mengenal setiap siswa / peserta didik secara pribadi agar dapat melakukan pendekatan kepada siswa / peserta didik secara tepat sesuai keadaan kemampuan (kekuatan dan kelemahan pribadi) peserta didik.
2) Menciptakan suasana / iklim belajar yang menyenangkan. Adanya kepedulian dan penghargaan guru / pendidik atas prestasi siswa / peserta didik di kelas, adanya hubungan interpersonal yang baik antar siswa / peserta didik sehingga mereka merasa menjadi bagian dari kelasnya, serta adanya kebanggaan atas kelas dan sekolahnya.
3) Di samping itu, kiranya yang perlu dilakukan guru / pendidik agar tercipta suasana kelas yang menyenangkan adalah apabila pendidik menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakannya secara tepat. Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat membuat guru / pendidik mampu mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas.
4) Khusus pada siswa / peserta didik yang sudah tergolong remaja dan menjelang dewasa, seyogyanya guru / pendidik menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan dapat menerapkan pola mengajar andragogi pada siswa / peserta didik .
2.2 Peran guru dalam membangkitkan motivasi siswa
Bagi siswa / peserta didik yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru / pendidik. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa / peserta didik yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru / pendidik. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa / peserta didik yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru / pendidik adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa / peserta didik, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa / peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru / pendidik berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa / peserta didik yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa / peserta didik yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa / peserta didik tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10.Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Motivasi belajar siswa / peserta didik menunjukkan pengertian sebagai kekuatan dalam diri siswa / peserta didik (energy) yang mendorong peserta didik melakukan usaha-usaha mencapai tujuan belajar. Disamping itu menunjukan adanya orientasi siswa / arah tingkah laku siswa pada pencapaian tujuan belajar.
2. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa / peserta didik, hendaknya guru / pendidik memperhatikan hal berkut ini:
1. Memiliki paradigma / pandangan positif terhadap upaya peningkatan motivasi peserta didik.
2. Memiliki keyakinan kuat bahwa pada setiap diri siswa / peserta didik telah tersedia kekuatan besar (berupa motivasi belajar) untuk menunjukkan tingkah laku belajar.
3. Peran guru adalah melakukan upaya yang dapat memicu bergeraknya kekuatan / energy tersebut secara lebih tepat dan cepat.
4. Kurangnya perhatian dari orang tua bisa jadi yang menjadikan turunnya motivasi belajar peserta didik, oleh karena itu seorang pendidik harus senantiasa memberikan suatu stimulus yang bisa memberikan semangat peserta didik untuk berpandangan bahwa guru juga orang tua mereka.
5. Kurangnya minat dari seorang pendidik terhadap proses pembelajaran dapat mengakibatkan turunnya motivasi belajar peserta didik, sehingga peserta didik itu tidak akan mendapatkan suatu hal yang sangat diperlukannya seperti situasi yang nyaman.
6. Peran guru adalah sebagai tukang yang sedang membuat pondsi pada rumah yang baru dibuat, peserta didik bisa diibaratkan sebagai rumah yang akan dibangun. Maka guru adalah penentu dimana ke apikkan rumah tersebut.
3.2 Saran
1. Jangan pernah beranggapan menjadi seorang pendidik merupakan tugas pada proses pembelajaran saja, kita harus selalu memperhatikan kondisi peserta didik tidak hanya pada sekolah saja.
2. Sebaiknya menjadi seorang pendidik harus mempunyai komitmen yang jelas dan terarah karena hal ini adalah faktor intern dari pendidik yang bisa mempengaruhi proses belajar mengajar.
3. Seorang Pendidik harus dapat mengetahui karakteristik setia peserta didik agar dapat mengerti bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar peserta didik
4. Pendidik tidak hanya memberikan materi-materi formal saja akan tetapi seorang pendidik harus bisa menanamkan jiwa, akhlak dan moral yang baik bagi peserta didik.
5. Kesuksesan seorang pendidik tidak hanya dilihat dari evaluasi yang berbentuk nilai yang diberikan pada peserta didik, tapi keberhasilan dilihat dari bagaimana seorang guru atau pendidik bisa mengubah pandangan seorang peserta didik yang mula-mula tidak jelas menjadi jelas, mengubah tingkah laku yang berakhlak mulia dan menjadikan dia menjadi manusia yang berjiwa sosial.
DAFTAR PUSTAKA
___________ 2009. Membangun motivasi pada diri : http://ebook-panduan.cjb.net.
___________2009-26-September. Model belajar dan pembelajaran berorientasi kompetensi siswa : www.pkab.wordpress.com / (diakses, 20:00)
Rahmat, 2009. Koleksi artikel motivasi : www.web-cerdas.cjb.net
Asian, 2007. Motivasi Belajar : AsianBrain.com
Mappiare Andi, Drs, 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Dimyati, Dr, Mudjiono, Drs. Belajar dan pembelajaran : Rineka Cipta
Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal, Akuntabiliras Profesi. Makalah Seminar Nasional. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
A.M. Muliono (2003), “Pembelajaran”, Kompas 26/7/03.
Gunarsa, Singgih. 1995. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia
0 komentar:
Posting Komentar