Suda
Sudah revisi + ACC Penguji
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Peneliti terdahulu
Saputro F. K. 2002, merupakan salah satu peneliti yang membahas tentang pengaruh motivasi dan disiplin terhadap prestasi belajar peserta didik. Dalam penelitiannya dia menyatakan beberapa hal di antaranya adalah :
a. disiplin belajar merupakan sikap mental individu yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Bagi siswa berdisiplin sangat penting, sebab akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik,
b. motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal,
c. Kondisi siswa juga berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam belajar. Dengan kondisi fisik maupun psikologis yang baik akan mendukung siswa untuk belajar.
Purnomowati Riris, 2006. Pengaruh Disiplin dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Teuku Umar. Semarang Tahun Ajaran 2005/2006, Under Graduates thesis: Universitas Negeri Semarang. Faktor motivasi belajar memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap prestasi belajar siswa daripada faktor disiplin belajar. Oleh karena itu peneliti menyarankan dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru dapat lebih meningkatkan disiplin belajar siswa, melalui pemberian tugas rumah dengan frekuensi yang lebih sering dan dikoreksi agar siswa berusaha belajar di rumah secara mandiri. Selain itu siswa sebaiknya mengatur waktu belajar di rumah dan belajar secara teratur dengan cara mengulang kembali materi pelajaran di rumah. Guru harus bisa membangkitkan motivasi belajar siswa pada saat menyampaikan materi pelajaran dengan cara menggunakan metode mengajar yang bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, latihan soal, dan diskusi. Selain itu pemberian pujian, hadiah, dan hukuman yang tepat bagi siswa dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.
Tabel 2.1 Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
No
|
Nama Peneliti
|
Judul Penelitian
|
Alat analisis
Dan unit analisis
|
Hipotesis Penelitian
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1
|
Saputro F.K. (2002)
|
Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik
|
Peserta didik di malang dan Multiple
Analysis
Regression
|
Ada pengaruh Motivasi dan Disiplin terhadap Prestasi Siswa
|
Variabel X1, X2 dan Y.
Dan Regresi Linier Berganda
|
Objek Penelitian diambil secara umum di Malang
|
2
|
Purnomowati Riris, (2006)
|
Pengaruh Disiplin dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Teuku Umar
|
Disiplin dan Motivasi sisva dan Regresi Linier Berganda
|
--
|
Variabel X1, X2 dan Y.
Dan Regresi Linier Berganda
|
Sampel diambil secara Random Sampling
|
No
|
Nama Peneliti
|
Judul Penelitian
|
Alat analisis
Dan unit analisis
|
Hipotesis Penelitian
| ||
3
|
R.Wakhid Hamza K. (2012)
|
Pengaruh Disiplin dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI di M.A. Ghozaliyah Jogoroto Jombang Tahun Pelajaran 2011/2012
|
Disiplin, Motivasi belajar dan Prestasi Belajar dan Regresi Linier Berganda
|
Ada Pengaruh Disiplin dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas XI di M.A. Ghozaliyah Jogoroto Jombang tahun Pelajaran 2011/2012
|
2.2 Disiplin
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih memahami tentang disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian disiplin menurut beberapa ahli.
a. Ekosiswoyo dan Rachman (2000:97), disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
b. Arikunto (1990:114), di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat.
c. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11), makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan dan sistem aturan tata laku.
Selanjutnya akan diuraikan pendapat para ahli tentang pengertian belajar antara lain:
a). menurut W. S. Winkel (dalam Max Darsono, 2000:4), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap,
b). sedangkan menurut Slameto (2003:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya,
Dari seluruh pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan sekolah maupun di rumah.
Berdisiplin sangat penting bagi setiap siswa. Berdisiplin akan membuat seorang siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik. Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2004:38) adalah:
1) menata kehidupan bersama,
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
2) membangun kepribadian,
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
3) melatih kepribadian,
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
4) pemaksaan,
Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
5) hukuman,
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.
6) menciptakan lingkungan yang kondusif,
Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:15), disiplin dapat terjadi dengan cara:
a) disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman,
b) disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar,
c) dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya,
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:100-105), contoh-contoh sumber pelanggaran disiplin antara lain:
1. dari sekolah, contohnya:
a) tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima,
b) guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya,
c) lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll
2. dari keluarga, contohnya:
a) lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing,
b) lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras,
Menurut Arikunto (1990:137) macam-macam disiplin ditunjukkan dengan tiga perilaku yaitu perilaku kedisiplinan di dalam kelas, perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan perilaku kedisiplinan di rumah.
Sedangkan Sofchah Sulistyowati (2001:3) menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai berikut:
a) disiplin dalam menepati jadwal belajar,
b) disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu belajar,
c) disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar,
d) disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur,
Dari beberapa macam disiplin menurut pendapat para ahli di atas, berikut diambil indikator yang dapat menunjang disiplin belajar, yaitu:
1. menaati tata tertib sekolah,
2. perilaku kedisiplinan di dalam kelas,
3. disiplin dalam menepati jadwal belajar,
4. belajar secara teratur,
2.3 Motivasi belajar
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. “Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal” (Malayu S.P Hasibuan, 2001:141)
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai (Terry G.R. 2003:130) . Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc. Donald dalam Oemar Hamalik, 2003 : 106).
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000 : 114).
Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi.
Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan timbul rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan melaksanakannya dengan tekun. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar (Max Darsono dkk 2000:34) antara lain:, yaitu:
1. cita-cita,
Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.
2. kemampuan belajar,
Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sampai pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat untuk mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas.
3. kondisi siswa,
Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis, karena siswa adalah makluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik siswa lebih cepat diketahui daripad kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis.
4. kondisi lingkungan,
Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.
5. unsur-unsur dinamis dalam belajar.
Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.
6. upaya guru membelajarkan siswa,
Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah atau hilang (Max Darsono, 2000:65 ; Dimyati dan Mudjiono, 1994:90-92).
Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar siswa, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Hawley (Yusuf, 2003 : 14) menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang memiliki motivasi rendah. Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar. Menurut Sardiman (2004:83) fungsi motivasi adalah :
1) mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan,
2) menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya,
3) menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dari pendapat di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Jenis- jenis motivasi belajar, menurut Sardiman AM (2001: 88-90) motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsic dan ekstrinsik:
1) motivasi intrinsik,
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.
2) motivasi ekstrinsik,
Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
Pentingnya motivasi bagi siswa menurut Diimyati dan Mudjiono, (1994: 79) adalah :
a. menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir belajar,
b. menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibanding dengan teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya belum memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil,
c. mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara efektif, maka ia mengubah perilaku belajarnya,
d. membesarkan semangat belajar,
e. menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Gejala kurang motivasi belajar akan dimanifestasikan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam tingkah laku. Beberapa ciri tingkah laku yang berhubungan dengan rendahnya motivasi belajar :
1. malas melakukan tugas kegiatan belajar, seperti malas mengerjakan PR, malas dalam membaca, dan lain-lain,
2. bersikap acuh tak acuh, menentang dan sebagainya,
3. menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata yang dicapai kelompoknya atau kelas,
4. menunjukkkan tingkah laku sering membolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan sebagainya,
5. menunjukkan gejala emosional yang tidak wajar seperti pemarah, mudah tersinggung.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
a) belajar demi memenuhi kewajiban,
b) belajar demi menghindari hukuman yang diancam,
c) belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan,
d) belajar demi meningkatkan gengsi sosial,
e) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang,
f) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi intrinsik adalah:
1. belajar karena ingin mengetahui seluk-beluk masalah selengkap-lengkapnya,
2. belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya melui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat.
Motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri (Winkel, 2004 : 186). Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul karena dorongan adanya kebutuhan. Teori kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa Dorongan seseorang untuk belajar sebagai berikut:
a. kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya,
b. kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan kecemasan,
c. kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok),
d. kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk merangsang motivasi belajar siswa yang merupakan dorongan intrinsik. Menurut Sardiman (2001:90) beberapa cara menumbuhkan motivasi belajar di sekolah adalah dengan:
1) memberikan angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
2) hadiah
3) persaingan / kompetisi baik individu maupun kelompok.
4) ego-invoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga diri.
5) memberi ulangan
6) mengetahui hasil
7) pujian
8) hukuman
9) hasrat untuk belajar
10) minat
11) tujuan yang diakui
2.4 Prestasi
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.” Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tulus Tu`u, 2004:75).
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).
Menurut Merson U. Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u (2004:78) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik, antara lain:
1. faktor kecerdasan,
Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain yang ada pada dirinya.
2. faktor bakat.
Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
3. faktor minat dan perhatian.
Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu. Apabila siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.
4. faktor motif.
Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila dalam belajar, siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.
5. faktor cara belajar.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif.
6. faktor lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi siswa. Terutama dalam hal mendorong, memberi semangat, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya.
7. faktor sekolah.
Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan (Tulus Tu’u, 2004:78).
Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat kecerdasan siswa saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan sekolah dimana guru dan alat belajar dijadikan sebagai sumber belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).
Sedangkan Syah (1999:144) secara global menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
b) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c) faktor pendekatan belajar(approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran mater – materi pelajaran.
Jadi, keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.
Masyarakat kita sekarang ini pada satu sisi adalah masyarakat pertanian, pada sisi lain sudah memasuki era globalisasi yang terdiri dari era industri, teknologi dan informasi. Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya berlangsung cepat. Perubahan cepat ini membawa dampak besar bagi kehidupan masyarakat baik positif maupun negatif.
Pola kehidupan positif adalah melihat perubahan itu sebagai sesuatu yang harus diterima dan dihadapi. Di dalamnya ada hal-hal yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baik, memberi kemudahan dan kenyamanan serta peningkatan martabat hidup manusia. Manusia juga melihat adanya tantangan dan peluang bagi kemajuan hidup manusia. Oleh sebab itu, manusia membangun dan melengkapi diri dengan memperkuat keimanan, mental, budaya, disiplin, keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian, manusia mampu bertahan dan menghadapi gelombang perubahan yang cepat tersebut.
Sementara pola kehidupan negatif adalah melihat perubahan itu sebagai ancaman yang membahayakan kehidupan. Menutupi diri terhadap perubahan akan tertinggal dan terbelakang. Pada sisi lain, tanpa membekali diri secara positif seperti di atas, manusia ikut arus dan menikmati perubahan yang terjadi. Akan tetapi, hal itu membawa dampak negatif dalam sikap dan perilaku serta kehampaan batiniahnya.
Oleh karena itu, para siswa pada masa sekarang ini, menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan. Prestasi yang dicapai dalam pembelajaran pun terhambat dan belum optimal. Menurut Slameto (2003: 54 – 71) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara lain :
1. faktor – faktor Intern
a) Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.
b) Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat, Motif, Kematangan, Kesiapan.
c) Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani,Kelelahan rohani (bersifat psikis) yaitu kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh, kelelahan rohani terliahat dengan adanya kebosanan sehingga minat belajar kurang.
2. Faktor – faktor Ekstern
a) Faktor keluarga meliputi, Cara orang tua mendidik, Relasi antar anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga, Pengertian orang tua, Latar belakang kebudayaan.
b) Faktor Sekolah meliputi, Metode mengajar, Kurikulum, Relasi guru dengan siswa, Relasi siswa dengan siswa, Disiplin sekolah, Alat pelajaran, Waktu sekolah, Standart pelajaran di atas ukuran, Keadaan gedung, Metode belajar, Tugas rumah
c) Faktor masyarakat mliputi, Kegiatan siswa dalam masyarakat, Teman bergaul, Bentuk kehidupan masyarakat.
Dengan menjelaskan prestasi belajar di atas bisa mengetahui tentang bagaimana proses dari belajar mengajar yang merupakan suatu proses mendasar dalam pencapaian prestasi belajar. Prestasi belajar yang kurang optimal, hal itu kemungkinan disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu untuk mengetahui faktor – faktor apa yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
2.5 Pengaruh Disiplin dan Motivasi belajar terhadap Prestasi belajar siswa
Disiplin dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa (Riris Purnomowati.2006). Faktor motivasi belajar memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap prestasi belajar siswa daripada faktor disiplin belajar. Oleh karena itu peneliti menyarankan dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, hendaknya guru dapat lebih meningkatkan disiplin belajar siswa, melalui pemberian tugas rumah dengan frekuensi yang lebih sering dan dikoreksi agar siswa berusaha belajar di rumah secara mandiri. Selain itu siswa sebaiknya mengatur waktu belajar di rumah dan belajar secara teratur dengan cara mengulang kembali materi pelajaran di rumah, mempersiapkan materi pelajaran untuk esok harinya dan mengerjakan latihan soal di rumah. Guru harus bisa membangkitkan motivasi belajar siswa pada saat menyampaikan materi pelajaran dengan cara menggunakan metode mengajar yang bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, latihan soal, dan diskusi. Selain itu pemberian pujian, hadiah, dan hukuman yang tepat bagi siswa dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Pemberian hukuman dapat dilakukan apabila siswa tidak mengerjakan tugas rumah dengan cara mengerjakan soal yang berbeda dari sebelumnya.
Bagi yang masih pusing atau suka koleksi skripsi, silahkan aja sedoot nih skripsi di link bawah ini:
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
ABSTRACK
n jangan lupa komentarnya Gan....
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
ABSTRACK
n jangan lupa komentarnya Gan....
Gan dapusnya sekalian dong,, biar tambah ok,,,
Udah saya taruh di BAB V
thank's gan, sip bangettttttttt..... ada yg pke footnote ndak? thank's b4.
ijin download,,
terimakasih,,
sangat membantu..
mas izin download linkny ga ada mas ??? :)
boleh tau buku yang memuat tentng ini???...., butuh sumber.
tq gan, ijin unduh, semoga tetap berkarya untuk membantu sesama ;)